No | Karakter | Data/informasi |
1 | Nama Indonesia | Tomat keriting |
| Nama Lokal | Tomat aceh |
| Nama Latin | |
| Bahan tanam | Biji vegetative.dll |
| Ekosistem ditemukan | Kebun pekarangan rumah |
| Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
| Lokasi ditemukan | Kota Subulussalam,Desa Pegayo |
| Tanggal | 21 Agustus 2010 |
| Penemu/No HP | Ardiansyah |
| Sumber | Masyarakat |
| Pengumpul | Saiful Mahdi |
| Proses Reproduksi | Menyerbuk sendiri |
| Musim berbunga | Berbungan sepanjang tahun (sumber wilkipedia) |
| Musim panen | 4 bulan dari penanaman |
| Umur tanaman | 4 bulan |
| Kareaktr morfologi |
|
| Karakter agronomi | · Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang. |
| Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
| Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
| Ciri Khas lainnya | Bentuk buah kriting |
| Manfaat | Orang mengenal tomat buah kriting, tomat sayur, serta tomat lalapan. Berdasarkan hal ini, fungsi tomat merupakan klasifikasi dari buah maupun sayuran, walaupun struktur tomat adalah struktur buah. |
| Foto Tumbuhan | |
=
No | Karakter | Data/informasi |
1 | Nama Indonesia | Cempedak |
| Nama Lokal | nangka beurit (Sunda)nongko cino (Jawa)tiwadak (Banjar) |
| Nama Latin | Artocarpus champeden |
| Bahan tanam | Stek,Anakan,biji(dll sebutkan) |
| Ekosistem ditemukan | Kebun pekarangan rumah |
| Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
| Lokasi ditemukan | Darussalam,,Banda Aceh |
| Tanggal | 16 Desember 2010 |
| Penemu/No HP | Saiful Mahdi |
| Sumber | - |
| Pengumpul | Saiful Mahdi |
| Proses Reproduksi | Berkembang biak secara vegetative |
| Musim berbunga | - |
| Musim panen | - |
| Umur tanaman | Tahunan |
| Karakter morfologi | Daun tipis agak kaku seperti kulit, bertangkai, bulat telur terbalik sampai jorong, 2,5-5 × 5-25 cm, bertepi rata (integer, utuh), dengan pangkal berbentuk pasak sampai membulat, dan ujung meruncing (acuminate). Tangkai daun 1-3 cm. Daun penumpu bulat telur memanjang, meruncing, berambut kawat, mudah rontok dan meninggalkan bekas berupa cincin pada ranting. Perbungaan sendiri-sendiri, muncul di ketiak daun, pada cabang besar atau pada batang utama (cauliflory), pada pucuk pendek khusus yang berdaun. Karangan bunga jantan berbentuk bongkol seperti gada atau gelendong, 1 × 3-5,5 cm, hijau pucat atau kekuningan, bertangkai 3-6 cm. Bongkol bunga betina berbentuk gada memanjang, dengan bunga-bunga yang tertancap sedalam 1,5 mm dalam poros bongkol dan bagian bebas sekitar 3 mm. Buah semu majemuk (syncarp) berbentuk silinder sampai bulat, 10-15 × 20-35 cm, kehijauan, kekuningan sampai kecoklatan, dengan tonjolan piramidal serupa duri lunak yang rapat atau licin berpetak-petak dengan mata faset. 'Daging buah' sesungguhnya adalah perhiasan bunga yang membesar dan menebal, putih kekuningan sampai jingga, manis dan harum, bertekstur lembut, licin berlendir di lidah dan agak berserat. Tidak seperti nangka, keseluruhan massa daging buah beserta bunga-bunga steril atau gagal (dikenal sebagai 'dami') mudah lepas dari poros ('hati') buah semu apabila masak. Biji bulat gepeng atau memanjang, 2-3 cm. |
| Karakter agronomi | Secara alami, cempedak liar banyak dijumpai di hutan hujan dataran rendah, baik hutan primer maupun sekunder. Tumbuh hingga ketinggian sekitar 1000 m dpl, pohon buah ini menyukai daerah-daerah dengan musim kering yang tidak tegas, lahan dengan permukaan air tanah yang dangkal, dan bahkan tahan sesekali tergenang banjir. |
| Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
| Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | Cempedak biasa ditanam di pekarangan, kebun campuran sampai ke wanatani kompleks yang tidak jarang meliar menjadi hutan sekunder. Cempedak juga dapat bersilangan secara alami dengan nangka. |
| Ciri Khas lainnya | Beraroma, meski aromanya kerap kali menusuk kuat mirip buah durian. |
| Manfaat | Buah dimakan dalam keadaan segar atau diolah terlebih dulu. Daging buah cempedak, kadang-kadang beserta bijinya sekali, diberi tepung, gula atau garam dan digoreng, dijadikan camilan minum teh atau kopi. Bijinya dapat digoreng, direbus atau dibakar, sebelum dimakan dengan campuran sedikit garam. Buah mudanya, seperti nangka muda, dapat dijadikan sayur. Kayunya berkualitas baik, kuat dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai kayu bangunan, bahan perabotan rumah, atau bahan perahu. Kulit kayunya yang berserat dapat digunakan sebagai bahan tali, dan getahnya untuk memukat burung. Dari kayunya juga dapat dihasilkan bahan pewarna kuning. |
| Foto Tumbuhan | |
Karakter | Data/informasi |
Nama Indonesia | Temulawak |
Nama Lokal | Temu besar (Melayu)koneng gede, temu raya (Sunda)temo labak (Madura) |
Nama Latin | |
Bahan tanam | Stek,Anakan,umbi,rimpang(dll sebutkan) |
Ekosistem ditemukan | Kebun pekarangan rumah |
Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
Lokasi ditemukan | Kandang,Aceh selatan. |
Tanggal | 3 September 2010 |
Penemu/No HP | Hj.Syarifah ( IBU ) |
Sumber | - |
Pengumpul | Saiful Mahdi |
Proses Reproduksi | Berkembang biak secara vegetative |
Musim berbunga | - |
Musim panen | - |
Umur tanaman | Tahunan |
Karakter morfologi | Tinggi tajuk tanaman temu lawak bisa mencapai 2 meter dan berbatang semu yang merupakan metamorfosis dari daun tanaman, Daunnya lebar berbentuk lanset, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak panjang, sedangkan bunganya berwarna kuning tua, berbentuk unik dan bergerombol. Rimpang temu lawak berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit. |
Karakter agronomi | Iklim · Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis. · Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC · Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun. Media Tanam · Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air. Ketinggian Tempat · Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang. |
Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
Ciri Khas lainnya | |
Manfaat | Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin[2]. Kurkumin bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu). Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah[2]. Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan. Di sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti. |
Foto Tumbuhan | |
Karakter | Data/informasi |
Nama Indonesia | Kunyit putih |
Nama Lokal | Kunyet puteh (aceh) |
Nama Latin | curcuma mangga L. |
Bahan tanam | Stek,Anakan,umbi,rimpang(dll sebutkan) |
Ekosistem ditemukan | Kebun pekarangan rumah |
Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
Lokasi ditemukan | Desa geulumpang payoung kec.blangpidie kab.ABDYA |
Tanggal | 11 Agustusr 2010 |
Penemu/No HP | Hj.Syarifah ( Ibu ) |
Sumber | - |
Pengumpul | Saiful Mahdi |
Proses Reproduksi | Berkembang biak secara vegetative |
Musim berbunga | - |
Musim panen | - |
Umur tanaman | Tahunan |
Karakter morfologi | a. AKAR Rizomnya mampat, berisi dan bercabang dalam sudut tepat bagi membentuk himpunan yang padat. Rizom ini beraroma, kulitnya berwarna jingga-coklat dan bagian isi berwarna putih. Bagian tuber juga berisi, berwarna putih dan tumbuh lurus ke bawah. Bagian rizom ini sering digunakan sebagai bahan obat. Perbanyakannya cukup mudah, cukup dengan potongan umbi ada mata tunasnya. Relatif tahan naungan dan kekeringan. b. BATANG Kunyit ialah herba saka yang tingginya boleh mencapai sehingga 1 m. Tanaman ini tidak memiliki batang sejati tetapi hanya berupa pelepah daun yang berperanan sebagai batang palsu.Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun ( agak lunak ). c. DAUN Daun tumbuh berumpun, tersusun secara berselang seling, berwarna hijau muda dan agak lembut. Daun licin, berbentuk bujur-tirus dan tepi daun tidak putus. Tanaman kunyit berupa semak dengan tinggi 1-1,5 m. Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan. |
Karakter agronomi | Iklim · Secara alami kunyit putih tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian kunyit putih juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis. · Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC · Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun. Media Tanam · Perakaran kunyit putih dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air. Ketinggian Tempat · Kunyit putih dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/dpl. Kunyit putih yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang. |
Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
Ciri Khas lainnya | |
Manfaat | Tanama obat,dapat menyembuhkan: Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Tumor, Lever, Menghilangkan Lelah,Diabetes, Asam Urat, Keputihan, Membantu Fungsi Organ Hati Dan Limpa, Membersihkan Darah Dan Menghilangkan Sumbatan, Melancarkan Peredaran Darah Dan Energi, Anti Radang, Perut Kembung, Kolesterol, Menghilangkan Nyeri Dan Tegang Pada Perut, Nyeri Haid, Tidak Haid, Membantu Proses Pengobatan Kanker Pada Alat Reproduksi, Pencernaan Dan Kulit, Menambah Stamina, Membunuh Sel Kanker. |
Foto Tumbuhan | |
No | Karakter | Data/informasi |
15 | Nama Indonesia | Mahkota dewa |
| Nama Lokal | · Makuto Rojo · Makuto Ratu · Obat Dewa · Pau (Obat Pusaka) · Crown of God · Boh Anggota Dewan · NAMA DAERAH Simalakama (Melayu), makutadewa, makuto mewo, makuto ratu, makuto rojo (Jawa). · NAMA ASING – NAMA SIMPLISIA Phaleriae Fructus (buah mahkota dewa). |
| Nama Latin | Phaleria macrocarpa |
| Bahan tanam | Biji, stek,peranakan, |
| Ekosistem ditemukan | Kebun |
| Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
| Lokasi ditemukan | Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu, Saree.. |
| Tanggal | Pada Saat Praktikum Klasifikasi ke Saree |
| Penemu/No HP | Pak Bambang |
| Sumber | Masyarakat |
| Pengumpul | Saiful Mahdi |
| Proses Reproduksi | Secara vegetatif |
| Musim berbunga | - |
| Musim panen | - |
| Umur tanaman | Tahunan |
| Karakter morfologi | · Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm. · Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. · Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan. Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya. |
| Karakter agronomi | · Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dpl |
| Karakter ekologi | |
| Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
| Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
| Ciri Khas lainnya | |
| Manfaat | Sebagai tanaman obat |
| Foto Tumbuhan | |
Karakter | Data/informasi |
Nama Indonesia | Pace |
Nama Lokal | Keumeudee (aceh) Pace , kemudu, kudu (jawa)Cengkudu (Sunda)Kodhuk (Madura)Wengkudu (Bali) |
Nama Latin | Morinda citrifolia L. |
Bahan tanam | Stek,Anakan,biji(dll sebutkan) |
Ekosistem ditemukan | Kebun pekarangan rumah |
Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
Lokasi ditemukan | Banda Aceh.Lamprit.Jln gurami No 3 |
Tanggal | 5 September 2010 |
Penemu/No HP | Nenek |
Sumber | - |
Pengumpul | Saiful Mahdi |
Proses Reproduksi | Berkembang biak secara vegetative |
Musim berbunga | - |
Musim panen | - |
Umur tanaman | Tahunan |
Karakter morfologi | PohonPohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tidak berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada. DaunBerdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A. BungaPerbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum BuahKelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik. |
Karakter agronomi | Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih. |
Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
Ciri Khas lainnya | |
Manfaat | masyarakat Aceh menggunakan buah mengkudu sebagai sayur dan rujak. Daunnya juga digunakan sebagai salah satu bahan nicah peugaga yang sering muncul sebagai menu wajib buka puasa. Mengkudu (keumeudee) karena itu sering ditanam di dekat rumah di pedesaan di Aceh. Selain itu mengkudu juga sering digunakan sebagai bahan obat-obatan. |
Foto Tumbuhan | |
Karakter | Data/informasi |
Nama Indonesia | Padi si Lian |
Nama Lokal | Bras Ramos |
Nama Latin | Oryza sativa |
Bahan tanam | Anakan,biji(dll sebutkan) |
Ekosistem ditemukan | Kebun |
Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
Lokasi ditemukan | Aceh Selatan.Kandang.(Suaq Bakung) |
Tanggal | 11 Agustus 2010 |
Penemu/No HP | Tek Marie |
Sumber | - |
Pengumpul | Saiful Mahdi |
Proses Reproduksi | Berkembang biak secara vegetative |
Musim berbunga | - |
Musim panen | 6-7 bulan |
Umur tanaman | Semusim |
Karakter morfologi | Terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang. |
Karakter agronomi | Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek |
Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
Ciri Khas lainnya | Wangi, enak. |
Manfaat | Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara |
Foto Tumbuhan | |
No | Karakter | Data/informasi |
2 | Nama Indonesia | Kelapa sawit |
| Nama Lokal | |
| Nama Latin | Elaeis guenensis jack |
| Varietas | Fisifera |
| Bahan tanam | Biji dan bagian tanaman (kultur jaringan) |
| Ekosistem ditemukan | Perkebunan |
| Topografi tempat pengambilan sampel | Datar |
| Lokasi ditemukan | Desa Penanggalan.Kota Subulussalam |
| Tanggal | 10 Agustus 2010 |
| Penemu/No HP | Andi |
| Sumber | Perkebunan |
| Pengumpul | Saiful Mahdi |
| Proses Reproduksi | |
| Musim berbunga | |
| Musim panen | Dapat mencapai 25 – 30 tahun |
| Umur tanaman | |
| Karakter morfologi | · Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. · Seperti jenis · Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. · Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar · Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. · Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya |
| Karakter agronomi | · Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. |
| Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
| Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
| Ciri Khas lainnya | |
| Manfaat | · Sumber Minyak Goreng |
| Foto Tumbuhan | |
No | Karakter | Data/informasi |
4 | Nama Indonesia | Jati |
| Nama Lokal | Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku, dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. |
| Nama Latin | Tectona grandis L.f. |
| Bahan tanam | Biji |
| Ekosistem ditemukan | Kebun pekarangan |
| Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
| Lokasi ditemukan | Banda Aceh |
| Tanggal | 2 Januari 2011 |
| Penemu/No HP | Di Beli (Depan Hermes) |
| Sumber | Perkebunan |
| Pengumpul | Saiful Mahdi |
| Proses Reproduksi | |
| Musim berbunga | |
| Musim panen | |
| Umur tanaman | Tahunan |
| Karakter morfologi | · Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. · Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter. · Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya. · Bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-7 buah, keputih-putihan, 8 mm. Berumah satu. · Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil. |
| Karakter agronomi | · Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun |
| Karakter ekologi | · Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan · Temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya · Tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam. |
| Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
| Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
| Ciri Khas lainnya | |
| Manfaat | · Kayu jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap. · Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal VOC yang melayari samudera di abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan rel. · Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir. · Dalam industri kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah. · Ranting-ranting jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu bakar kelas satu. Kayu jati menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. |
| Foto Tumbuhan | |
No | Karakter | Data/informasi |
1 | Nama Indonesia | Padi |
| Nama Lokal | Ketan Hitam (pulut) |
| Varietas | ketan hitam, |
| Nama Latin | Oryza sativa |
| Bahan tanam | Biji dan anakan |
| Ekosistem ditemukan | Sawah tadah hujan |
| Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
| Lokasi ditemukan | Aceh Selatan.Kecamatan Kandang.A.Selatan |
| Tanggal | 12 Agustus 2010 |
| Penemu/No HP | Tek Marie |
| Sumber | Perkebunan |
| Pengumpul | Saiful Mahdi |
| Proses Reproduksi | 1. Menyerbuk sendiri 2. Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol 3. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. 4. berkembang biak secara generative. |
| Musim berbunga | |
| Musim panen | Biasanya bulan September |
| Umur tanaman | 6-7 bulan |
| Karakter morfologi | · Terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam. |
| Karakter agronomi | |
| Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
| Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | Tanaman padi varietas seramus ini tahan terhadap kekeringan (sumber: petani setempat) |
| Ciri Khas lainnya | |
| Manfaat | Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara |
| Foto Tumbuhan | |
| |
No | Karakter | Data/informasi |
4 | Nama Indonesia | Lidah buaya |
| Nama Lokal | Ilat boyo; Letah buaya; Jadam Lidah buaya (Indonesia), Crocodiles tongues (Inggris); Jadam (Malaysia), Salvila (Spanyol), Lu hui (Cina); |
| Nama Latin | Aloe vera |
| Bahan tanam | |
| Ekosistem ditemukan | Kebun pekarangan |
| Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
| Lokasi ditemukan | Desa Sektor Timur Kecamatan Darussalam |
| Tanggal | 21 Oktober 2010 |
| Penemu/No HP | Kak karmila |
| Sumber | Masyarakat |
| Pengumpul | Saiful Mahdi |
| Proses Reproduksi | |
| Musim berbunga | |
| Musim panen | |
| Umur tanaman | |
| Karakter morfologi | · Daunnya agak runcing berbentuk taji, tebal, getas, tepinya bergerigi/ berduri kecil, permukaan berbintik-bintik, panjang 15-36 cm, lebar 2-6 cm, bunga bertangkai yang panjangnya 60-90 cm, bunga berwarna kuning kemerahan (jingga), Banyak di Afrika bagian Utara, Hindia Barat. a. Batang Tanaman Aloe Vera berbatang pendek. Batangnya tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Melalui batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya menjadikan anakan. · Tanaman perdu basah, batangnya bengkok berbaring sebesar jempol. Daun panjangnya 15 cm, tepinya berduri, kaku dan mengandung banyak getah, tebal dan mudah dibelah, empulurnya berwarna hijau dengan lendir liat. Kulit daun rasanya sangat pahit. Bunga berbentuk tongkol, warnanya jingga. |
| Karakter agronomi | · Tumbuh liar di tempat yang berhawa panas atau ditanam orang di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias |
| Karakter ekologi | · |
| Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
| Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
| Ciri Khas lainnya | |
| Manfaat | · |
| Foto Tumbuhan | |
Gambar : Tanaman lidah buaya
Karakter | Data/informasi |
Nama Indonesia | karet |
Nama Lokal | Rambong (jawa) |
Varietas | |
Nama Latin | |
Bahan tanam | Biji dan anakan |
Ekosistem ditemukan | Hutan ,perkebunan |
Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
Lokasi ditemukan | Singkohor,Kec.penanggalan.kota Subulussalam |
Tanggal | 12 Agustus 2010 |
Penemu/No HP | Saiful Mahdi |
Sumber | Masyarakat |
Pengumpul | Saiful Mahdi |
Proses Reproduksi | |
Musim berbunga | |
Musim panen | - |
Umur tanaman | Tahunan |
Karakter morfologi | Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanagaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP,2008): |
Karakter agronomi | Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. |
Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | |
Ciri Khas lainnya | Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan. |
Manfaat | Bahan baku karet |
Foto Tumbuhan | |
No | Karakter | Data/informasi |
1 | Nama Indonesia | Padi |
| Nama Lokal | Ketan Merah (pulut) |
| Varietas | ketan Merah, Pulut Merah |
| Nama Latin | Oryza sativa |
| Bahan tanam | Biji dan anakan |
| Ekosistem ditemukan | Sawah tadah hujan |
| Topografi tempat pengambilan sampel | Dataran rendah |
| Lokasi ditemukan | Aceh Selatan.Kecamatan Kandang.A.Selatan |
| Tanggal | 12 Agustus 2010 |
| Penemu/No HP | Tek Marie |
| Sumber | Perkebunan |
| Pengumpul | Saiful Mahdi |
| Proses Reproduksi | 5. Menyerbuk sendiri 6. Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol 7. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. 8. berkembang biak secara generative. |
| Musim berbunga | |
| Musim panen | Biasanya bulan September |
| Umur tanaman | 6-7 bulan |
| Karakter morfologi | · Terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 7 mm hingga 13 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam. |
| Karakter agronomi | |
| Sifat yang berhubungan dengan ketahanan hama dan penyakit | |
| Sifat-sifat yang berhubungan dengan adaptasi terhadap lingkungan abiotik | Tanaman padi varietas Pulut Hitam ini tahan terhadap Penyimpanan yang lama mencapai 1.5 tahun (sumber: petani setempat) |
| Ciri Khas lainnya | |
| Manfaat | Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara |
| Foto Tumbuhan | |
| |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar