Total Tayangan Halaman

Selasa, 27 Desember 2011

laporan Impentarisasi sumber daya lahan

Laporan inventarisasi kesesuaian lahan


KLAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN
KENTANG -PADI-KAPAS UNIVERSITY FARM BENER MERIAH


Oleh  
kelompok II :

Saiful Mahdi
Reovasimulo
M.Iksan
Gurlianda
Kodrajad Raudal
Ulil Azmi
M.Ikbal Lubis
Ahmad Zaki
Dafit Sahputra
Antonio
Nurhadi
Aqsal Assalam
Adami
Eva Susanti








JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2011

I.                   PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
            Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan untuk berbagai keperluan menjadikan fungsi lahan sangat penting. Pengolahan lahan secara efisien diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan yang maksimal guna memenuhi kebutuhan hidup. Potensi lahan didasarkan pada kemampuan atau karakteristik lahan sehingga diketahui faktor-faktor penghambat pada lahan dan kecocokan lahan tersebut untuk kegiatan pertanian dan non pertanian. Untuk meningkatkan potensi lahan maka perlu dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor pembatas yang dimiliki suatu lahan seperti tindakan konservasi lahan.. Evaluasi lahan adalah proses penilaian keragaan atau performance lahan untuk berbagai penggunaan yang berhubungan dengan penyebaran tanah, kemiringan, vegetasi, dan lain-lain. Evaluasi bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang nilai karakteristik lahan, kelas kesesuaian lahan, dan arahan berbagai komoditas tanaman yang potensial untuk dikembangkan.
Kesesuaian lahan atau evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tata guna lahan.Inti evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sayrat-syarat atau kulitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan.
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable).
Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi:  (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas.  (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
Kesesuaian lahan merupakan keadaan tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Tujuan dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan untuk mengetahui karakteristik lahan areal yang akan dikembangkan sebagai lahan yang cocok dibudidayakan. Selain itu, satuan-satuan lahan di areal University Farm diharapkan dapat dijadikan sebagai areal berbagai aktifitas penelitian, pelatihan, dan kebun praktek lapang bagi mahasiswa bidang ilmu pertanian.
1.2  Tujuan Praktikum
Untuk dapat mengetahui klas-klas kesesuain lahan dan tanaman jenis apa yang sebaiknya dibudidayakan pada lahan tersebut sehingga mudah dalam mengklas khan lahan tersebut..































II.                 TINJAUAN PUSTAKA

a.       Survei Tanah
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim dkk, 1986).  
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).
Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujaun survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005)
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia dan lain-lain (Hardjowigeno, 1995).
b.      Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu.Penggunaan yang optimal memerlukan keterkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan dalam penggunaan lahan sesuai dengan karakteristik dan kualitas lahannya, bila dihubungkan dengan pemanfaatan lahan secara lestari dan berkesinambungan.Pada peta tanah atau peta sumber daya lahan, hal tersebut dinyatakan dalam satuan peta yang dibedakan berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya terdiri atas: iklim, landform (termasuk litologi, topografi/relief), tanah dan/atau hidrologi. Pemisahan satuan lahan/tanah sangat penting untuk keperluan analisis dan interpretasi potensi atau kesesuaian lahan bagi suatu tipe penggunaan lahan (Land Utilization Types = LUTs).Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities), dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan/atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (peternakan, perikanan, kehutanan).
c.       Kesesuaian Lahan
      Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Proses klasifikasi kesesuaian lahan merupakan penilaian pengelompokan lahan dengan menentukan kesesuaiannya untuk penggunaan tertentu. Dalam menentukan budidaya pertanian untuk suatu wilayah, diperlukan suatu penelitian lahan. Penelitian lahan dilakukan dengan mengevaluasi kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu (Sitorus, 1985).
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Brinkman dan Smyth (1973) telah menemukan beberapa kualitas lahan yang menentukan tingkat kesesuaian lahan bagi tanaman. Kualitas lahan ini adalah ketersediaan air tanah, ketersediaan unsur hara, daya menahan unsur hara, kemasaman, ketahanan terhadap erosi, sifat olah tanah, kondisi iklim, dan kondisi daerah perakaran tanaman. Konsepsi ini telah dikembangkan lebih lanjut oleh Soepraptohardjo dan Robinson (1975), yang telah mengemukakan beberapa faktor penting lainnya, yaitu kedalaman efektif tanah, tekstur tanah di daerah perakaran, pori air tersedia, batu-batu di permukaan tanah, kesuburan tanah, reaksi tanah, keracunan hara, kemiringan, erodibilitas tanah, dan keadaan agro klimat. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.
d.      Karakteristik Lahan
            Data karakteristik dan kualitas lahan dapat dinilai dari potensi dan kemampuan lahan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Karakteristik lahan mencakup faktor-faktor lahan yang dapat diukur seperti lereng, tekstur tanah, curah hujan dan sebagainya.
            Kualitas lahan kadang-kadang dapat diperkirakan atau diukur secara langsung, akan tetapi lebih sering digambarkan dengan karakteristik lahan. Selain itu dapat juga dipergunakan dalam menentukan batas dari kelas atau sub kelas kesesuaian yang disebut kriteria penciri. Kriteria penciri adalah variabel yang telah diketahui mempunyai pengaruh terhadap hasil (output) atau kebutuhan masukan (input) bagi suatu pengguna tertentu (FAO, 1976)
            Kriteria kesesuaian lahan disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan dan persyaratan tumbuh tanaman, dihubungkan (maching) dengan data karakteristik lahan/kualitas lahan dari suatu wilayah untuk memprediksi potensi lahan dari wilayah yang bersangkutan.
            Menurut FAO (1976) cara penilaian kesesuaian lahan adalah menentukan dan memperoleh informasi tentang karakteristik dan kualitas lahan. Karakteristik lahan adalah keadaan unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan seperti: lereng, jumlah curah hujan, jenis vegetasi, tekstur tanah, dan kapasitas air tersedia. Informasinya dapat diperoleh dari data iklim, morfologi tanah, data kimia dan fisika tanah serta unsur topografi.

e.       Kualitas lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan (FAO, 1976).Dalam evaluasi lahan sering kualitas lahan tidak digunakan tetapi langsung menggunakan karakteristik lahan (Driessen, 1971; Staf PPT, 1983), karena keduanya dianggap sama nilainya dalam evaluasi.
f.       Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Klasifikasi kesesuaian lahan adalah penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan tertentu.
g.      Klasifikasi Menurut Metoda FAO (1976)
            Metoda FAO dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat) kategori yaitu:
Ordo          : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.
Kelas         :  menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan.
Sub-kelas   : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas.
Unit           : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas.
h.      Kesesuaian Lahan pada Tingkat Ordo
            Pada tingkat ordo ditunjukkan, apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Dikenal ada dua ordo, yaitu:
  1. Ordo S (sesuai): lahan yang temasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan. Tanpa atau sedikit kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.
  2. Ordo N (tidak sesuai): lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan.
i.        Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas
Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang makin jelek bila makin tinggi nomornya.
Banyaknya kelas dalam setiap ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas tersebut harus didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan-tujuan penafsiran.
Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N, maka pembagian serta definisinya secara kualitatif adalah sebagai berikut:
  1. kelas S1: sangat sesuai. Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.
  2. Kelas S2: cukup sesuai. Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
  3. Kelas S3: sesuai marginal. Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.
  4. Kelas N1: tidak sesuai pada saat ini. Lahan mempunyai pembatas yang lebih besar, masih memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
  5. Kelas N2: tidak sesuai untuk selamanya. Lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
j.        Kesesuaian Lahan pada Sub-kelas
            Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas tersebut.
Tiap kelas dapat terdiri dari satu atau lebih sub-kelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditempatkan setelah simbol kelas. Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas kedalaman efektif (s) dapat menjadi sub-kelas S2s. Dalam satu sub-kelas dapat mempunyai satu, dua atau paling banyak tiga simbol pembatas, dimana pembatas yang paling dominan ditulis paling depan. Misalnya, dalam sub-kelas S2ts maka pembatas keadaan topografi (t) adalah pembatas yang paling dominan dan pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas kedua atau tambahan.

k.     Kesesuaian Lahan pada Tingkat Unit
            Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari sub-kelas berdasarkan atas besarnya faktor pembatas. Semua unit yang berada dalam satu sub-kelas mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat sub-kelas.
            Unit yang satu berbeda dengan unit lainnya karena kemampuan produksi atau dalam aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembedaan detil dari pembatas-pembatasnya. Diketahuinya pembatas secara detil memudahkan penafsiran dalam mengelola rencana suatu usaha tani. Pemberian simbol dalam tingkat unit dilakukan dengan penambahan angka-angka Arab yang dipisahkan oleh strip dari simbol sub-kelas. Misalnya S2e-1, S2e-2 dan sebagainya. Unit dalam satu sub-kelas jumlahnya tidak terbatas (FAO, 1976).
l.  Kesesuaian lahan dalam tingkat sub-kelas
Sitorus (1985) menyatakan bahwa beberapa jenis pembatas untuk tanaman tahunan dan lahan kering yang merupakan criteria sub kelas pembatas tersebut adalah sebagai berikut :
s: Sifat fisik tanah (kedalaman efektif, sebaran butir kasar, permeabilitas dan batu dipermukaan tanah).                          
f:  Banjir, dalam menentukannya harus diperhatikan frekuensi, lama, dalam kecepatan air dan kemungkinan masuknya air asin dari laut.
d: Drainase yaitu keadaan pergerakan air dari zona perakaran ke luar zona perakaran.
t: Bentuk wilayah, yaitu persentase lereng atau mikro relief.
a: Reaksi tanah, reaksi tanah yang sangat masam dan sukar untuk dilestarikan.
n: Kesuburan tanah, yaitu tingkat keseburan yang sangat rendah dan sangat susah diatasi.
x: Salinitas dan alkalinitas, yaitu kandungan garam yang tinggi dan mempengaruhi tanaman.
r:  Tipe hujan, jumlah curah hujan per tahun dan distribusinya karena mempengaruhi dalam pemeliharaan tanaman.
m.    Kesesuaian Lahan dalam Tingkat Unit (Satuan Pengelolaan)
Kesesuaian lahan dalam  tingkat unit memberi keterangan yang lebih spesifik dan detil dari pada sub-kelas. Lahan ini mempunyai sifat-sifat yang sama dalam hal: (a) kemampuan memproduksi tanaman pertanian dan rumput makanan ternak, (b) memerlukan tindakan-tindakan konservasi dan pengelolaan yang sama, (c) tanaman yang ditanam pada lahan tersebut dengan pengelolaan yang sama akan memberi hasil kurang lebih sama.




































III.    BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum ini dilaksanakan di University Farm Universitas Syiah Kuala Stasiun Bener Meriah.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu peta Jalur rintisan dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di lapangan yaitu H2O2 dan HCL.
            Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk menentukan posisi di lapangan, bor tanah untuk mengukur kedalaman efektif tanah, pH tancap untuk mengetahui pH di lapangan, cangkul untuk pengambilan sampel tanah, kantong plastik untuk tempat sampel tanah, buku warna tanah (Munsell Soil Color Chart) untuk melihat warna tanah, dan alat tulis menulis.
3.3 Tahapan Pelaksanaan

3.3.1 Persiapan
            Peta tahap pertama yang di pakai adalah peta RBI yang kemudian di digitasi untuk memperoleh peta lokasi, dan membuat jalur rintisan dengan menggunakan sistem sistematis.
3.3.2 Kegiatan Lapangan
a.          Penentuan titik-titik pengamatan
Pada tahap ini di lakukan penentuan titik-titik pengamatan berdasarkan peta lokasi dan jalur rintisan. Setiap titik di tentukan jarak 100 m yaitu antara titik pengamatan pertama dengan titik pengamatan kedua, serta pengambilan titik koordinat dengan menggunakan GPS (Global Positioning System).
b.         Pengambilan contoh tanah
Pengambilan sampel tanah di lakukan pada setiap titik-titik pengamatan yang telah di tentukan pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm, dan dilakukan pengeboran untuk menetukan kedalaman efektif. Kemudian untuk menentukan sifat-sifat kimia dan fisika tanah, sampel tanah di analisis dilaboratorium.
c.       Pembuatan profil tanah
Pembuatan profil tanah di lakukan untuk menentukan sifat-sifat morfologi tanah dan mengamati morfologi lahan, sifat-sifat yang diamati disajikan pada   tabel 1. Untuk batas lereng, jenis tanah dan kedalaman efektif di delineasi, kemudian di jadikan dalam Satuan Peta Lahan (SPL).
Tabel 1. Sifat-sifat morfologi lahan yang diamati di lapangan
No
Sifat Morfologi yang diamati
Alat/Metode Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis tanah
Kedalaman efektif tanah
Tekstur tanah di Lapang
Reaksi (pH) tanah di lapang
Struktur tanah
Batuan di permukaan
Drainase

Deskripsi profil tanah
Bor tanah
Memijat dengan jari-jari
pH tancap
Pengamatan lapang
Deskripsi profil, pengamatan lapang
Deskripsi profil, pengamatan lapang













IV.              HASIL DAN PEMBAHASAN
a.       Kentang
Kentang termasuk tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropika dan subtropika (Ewing dan Keller, 1982), dapat tumbuh pada ketinggian 500 sampai 3000 m di atas permukaan laut, dan yang terbaik pada ketinggian 1300 m di atas permukaan laut. Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang subur, mempunyai drainase yang baik, tanah liat yang gembur, debu atau debu berpasir. Tanaman kentang toleran terhadap pH pada selang yang cukup luas, yaitu 4,5 sampai 8,0, tetapi untuk pertumbuhan yang baik dan ketersediaan unsur hara, pH yang baik adalah 5,0 sampai 6,5. Menurut Asandhi dan Gunadi (1989), tanaman kentang yang ditanam pada pH kurang dari 5,0 akan menghasilkan umbi yang bermutu jelek. Di daerah-daerah yang akan ditanam kentang yang menimbulkan masalah penyakit kudis, pH tanah diturunkan menjadi 5,0 sampai 5,2. Pertumbuhan tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Tanaman kentang tumbuh baik pada lingkungan dengan suhu rendah, yaitu 15 sampai 20 oC, cukup sinar matahari, dan kelembaban udara 80 sampai 90 % (Sunarjono, 1975). Suhu tanah berhubungan dengan proses penyerapan unsur hara oleh akar, fotosintesis, dan respirasi. Menurut Burton (1981), untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanaman kentang membutuhkan suhu optimum yang relatif rendah, terutama untuk pertumbuhan umbi, yaitu 15,6 sampai 17,8 oC dengan suhu ratarata 15,5 oC. Dengan penambahan suhu 10 oC, respirasi akan bertambah dua kali lipat. Jika suhu meningkat, laju pertumbuhan tanaman meningkat sampai 25 mencapai maksimum. Laju fotosintesis juga meningkat sampai mencapai maksimum, kemudian menurun. Pada waktu yang sama laju respirasi secara bertahap meningkat dengan meningkatnya suhu. Kehilangan melalui respirasi lebih besar daripada tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas fotosintesis. Akibatnya, tidak ada peningkatan hasil netto dan bobot kering tanaman dan umbi menurun.
Tanaman kentang menghendaki suhu yang berbeda untuk setiap periode pertumbuhan. Daerah dengan suhu maksimum 30 oC dan suhu minimum 15 oC sangat baik untuk pertumbuhan tanaman kentang daripada daerah dengan suhu yang relatif konstan, yaitu 24 oC. Menurut Shukla dan Singh (1975), untuk pembentukan dan pengisian umbi secara ideal, diperlukan hari panjang pada stadia awal agar mencapai pertumbuhan daun yang maksimum, kemudian diikuti hari pendek dan suhu rendah untuk translokasi zat pati secara cepat ke organ penyimpanan. Menurut Krauss dan Marschner (1984), suhu tanah yang lebih tinggi dari 24 oC menyebabkan aktivitas beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme pati tertekan sehingga terjadi penurunan kadar pati pada umbi dan secara langsung menghambat perombakan gula menjadi pati. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa akumulasi bahan kering dapat tertunda pada suhu tanah lebih dari 24 oC dan sangat terganggu pada suhu tanah 33 oC karena sebagian besar karbohidrat dikonsumsi untuk respirasi. Akibatnya, karbohidrat yang digunakan untuk pertumbuhan berkurang.
b.      Kapas  
 Lahan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kapas adalah yang mempunyai iklim dengan curah hujan antara 1 000 – 1750 mm/tahun, bulan kering (kurang dari 100 mm) antara 3 – 4 bulan, bentuk wilayah datar sampai berombak dengan lereng kurang dari 8 % serta persyaratan fisik dan kimia tanah sesuai dengan yang telah ditetapkan.
c.       Padi
Lahan yang sesuai untuk padi sawah adalah yang mempunyai iklim dengan curah hujan antara 2000-2500 mm/, kemerengan lereng 0-3,tekstur tanag halus, kedalaman tanah 60-90 cm.
d.      klasifikasi Tanah praktikum
ordo                 : Andisol
sub ordo          : Udan
Great grup       : hapludan
Sub grup          : tak tik hapludan
Family             : -kelas besar butir tanah  = medial
                        -kelas mineralogy = campuran
                        -kelas tempertur tanah = isohipetermik
Epipedon         : molik
Horizon           : kambik
Sifat                : andik
Horizon penciri : kambik
Bobot isi          : < 0,9
Mempunyai kelas vulkanik yang tinggi
Menetralisir p tinggi hingga 80 %.     
e.       Morfologi Lahan
Secara umum lokasi survei merupakan perbukitan, vegetasi sekunder yang didominasi semak belukar. Ada 3 titik dijadikan yang tempat pengamatan (Tabel 1).  Titik pengamatan ini didasarkan atas perbedaan lereng dan vegetasi penutup lahan, sedangkan jenis tanah adalah sama hingga taksa great-group.  Sifat-sifat morfologi permukaan tanah disajikan pada Tabel 2, dan sifat-sifat morfologi dalam profil tanah disajikan pada Tabel 3.
Tabel 1.  Posisi Geografis Titik Pengamatan di Lapangan
Titik
Possisi GPS
Keterangan
N
E
No. Foto
Fisiografi Lahan
K1
040 4557,3
960 4439,9
1, 3
Vegetasi pisang, nangka, pinang,, durian, dll topografi datar, lereng 0-3%. 
K2
040 4559,5
960 4440,9
2
Vegetasi alan-alang, orok-orok, babadotan, topografi bergelombang, lereng 0-3%.
K3
040 4555,0
960 4489,0
4
Vegetasi alang-alang, rumput gajah, babadotan, pisang, pinang, topografi bergelombang, lereng 3-8%.
Sumber : Pengamatan Lapang (2011)

Tabel 3.  Karakteristik Sifat Morfologi Fisika Lahan Pada Masing-masing Satuan Peta Lahan di Lokasi Penelitian.
Sifat Fisika Tanah
                                   sebaran fraksi
SPL
pasir
debu
Liat
kelas
Lereng
drainase
kedalaman
batuan
bahaya


(%)
(%)
(%)
Tekstur
(%)

efektif
permukaan (%)
Erosi
1
0 – 20
56
34
10
I
0 – 3
baik
30 - 60 cm
5 - 15
Sr
20 – 40
75
20
5
K
2
0 – 20
45
47
8
G
4 – 8
baik
30 - 60 cm
5 - 15
Sr
20 – 40
75
20
5
I
3
0 – 20
64
26
10
I
16 – 25
baik
30 - 60 cm
5 - 15
B
20 – 40
72
19
9
I
4
0 – 20
48
48
4
I
4  - 8
baik
30 - 60 cm
5 - 15
Sr
20 – 40
60
31
9
I
5
0 – 20
50
41
9
G
9 – 15
baik
30 - 60 cm
5 - 15
r – sd
20 – 40
70
26
4
G
6
0 – 20
50
41
9
G
0 – 3
baik
30 - 60 cm
5 - 15
Sr
20 – 40
68
28
4
I
7
0 – 20
50
41
9
G
16 – 25
baik
30 - 60 cm
5 - 15
B
20 – 40
68
28
4
I
8
0 – 20
60
36
4
I
9 – 15
baik
< 30 cm
5 - 25
r – sd
20 – 40
65
31
4
I
9
0 – 20
58
30
12
I
> 45
baik
30 - 60 cm
5 - 15
Sb
20 – 40
73
23
4
K
10
0 – 20
47
49
4
I
26 – 45
baik
30 - 60 cm
5 - 15
B
20 – 40
70
26
4
I
11
0 – 20
58
37
5
I
4 – 8
baik
60 - 100 cm
< 5
Sr

20 – 40
68
28
4
I





Sumber : Data diolah 2011
Keterangan :        G = Lempung
                                 I = Lempung berpasir
                                K = Pasir berlempung        


Tabel 4.  Parameter Kimia Tanah Pada Topsoil dan Subsoil Masing-Masing Satuan Peta Lahan
Parameter Kimia Tanah
SPL                     C-Organik    N-Total     P-Tersedia         K               Na               Ca             Mg          KTK             KB             H2O           KCl                             (%)              (%)             (ppm)      me/100g    me/100g    me/100g    me/100g    me/100g         (%)
      
1.          0 – 20          2.59 S          0.25 S          7.25 S          0.31S        0.76 S        6.04 S        1.76 S      15.60 R     56.86 T     5.91 AM     5.36 M
           20 – 40          0.80 SR       0.08 SR       5.62 R          0.26 R       0.71 S       0.92 SR      1.84 S      12.80 R     29.14 R     6.38 AM     5.50 M
2.          0 – 20         4.06 T          0.26 S          4.01 SR        0.26 R       0.65 S       4.20 R         0.84 R      18.00 S     33.06 R     5.87 AM     4.86 M
    20 – 40         5.54 ST        0.34 S        1.05 SR        0.23 R        0.44 S      1.60 SR       0.88 R      27.20 T      11.58 SR   5.90 AM     4.68 M
3.          0 – 20          4.02 T          0.27 S        0.91 SR        0.20 R        0.39 R     1.24 SR       0.56 R       20.40 S     11.72 SR   5.80 AM     4.96 M
    20 – 40          2.10 S          0.20 R        0.63 SR        0.18 SR      0.15 R     0.60 SR       0.48 R      16.00 R       8.81 SR    6.65 AM     5.30 M
4.          0 – 20          4.26 T          0.27 S        1.76 SR        0.38 S         0.79 S      2.72 R        1.12 S       22.40 S      22.37R      6.00 AM     4.85 M
    20 – 40          4.15 T          0.24 S        1.19 SR        0.20 R         0.57 S     0.96 SR      0.56 R       27.60 T      8.30 SR     6.10 AM     4.51 M
5.          0 – 20          2.63 S          0.20 R       2.49 SR         0.15 SR      0.28 R      2.16 R        0.80 R      18.40 S      18.42 SR   5.94 AM     5.00 M
    20 – 40          1.47 R          0.10 R        1.19 SR       0.13SR       0.23 R      1.32 R        0.32 SR     17.60 S      11.36 SR   6.22 AM     5.28 M
6.          0 – 20          4.00 T          0.30 S         3.55 SR       0.26 R        0.60 S       5.64 R       0.60 R      14.80 R      47.97 S      6.06 AM     5.15 M
 20 – 40          3.68 T          0.24 S         1.47 SR       0.18 SR      0.50 S      1.80 SR      1.00 R      22.80 S      15.26 SR   6.01 AM     4.95 M
7.          0 – 20          3.40 T          0.27 S         9.55 S          0.15SR       0.42 S       7.12 S        0.60 R      19.20 S      43.18 S      6.00 AM    5.04 M
 20 – 40          3.84 T          0.24 S        6.64 S           0.08 SR      0.31 R      4.52 R        1.48 S       17.20 T     37.15 S      5.68 AM    5.00 M
8.          0 – 20          3.70 T          0.27 S         4.17 R          0.23 R        0.63 S       2.72 R      0.20 SR     15.60 R     24.23 R      5.43 M       4.50 M
 20 – 40          3.27 T          0.30 S        1.62 SR        0.10 SR      0.50 S      1.80 SR     0.36 SR     15.20 R     18.16 SR    5.71 AM    4.80 M
9.        0 – 20          3.94 T          0.29 S         2.49 SR       0.20 R         0.57 S      4.00 R       0.60 R       13.60 R     39.49 S      6.21 AM    5.05 M
 20 – 40          2.02 S          0.16 R        1.91 SR        0.15 SR       0.18 R    1.16 SR     0.36 SR      16.40 R     11.28 SR   6.42 AM    5.35 M
10.       0 – 20          3.28 T          0.24 S         2.94 SR       0.13 SR       0.55 S      6.00 S       0.16 SR     16.40 R     41.71 S      6.12 AM    5.16 M
    20 – 40          3.71 T          0.19 R        1.19 SR        0.10 SR      0.31 R      3.24 R        0.48 R      12.50 R     33.04 R      6.45 AM    5.32 M
11.       0 – 20          3.81 T          0.29 S         1.91 SR       0.18 SR      0.71 S       2.72 R      0.20 SR     19.20 S      19.84 SR   5.97 AM     4.93 M
20 – 40          1.85 R          0.16 R        1.19 SR       0.10 SR      0.28 R     0.72 SR      0.80 R       16.80 R     11.31 SR    6.34 AM    5.45 M
Sumber  : Data diolah 2011
Keterangan : T = tinggi, S = sedang, R = rendah, SR = sangat rendah, M = masam, AM = agak masam









Tabel 5. Harkat kesuburan tanah pada masing – masing SPL
No SPL
KTK
KB
P-Avv
K-dd
C-organik
Status Kesuburan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11


R
S
S
S
S
R
S
R
R
R
S

SR
R
SR
R
SR
S
S
R
S
S
SR

SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR

SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR

S
T
T
T
S
T
T
T
T
T
T

R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Sumber : Hasil Analisis dan Interpretasi Data 2011
Keterangan : T = Tinggi, S = Sedang, R = Rendah, SR = Sangat Rendah

4.6  Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah gambaran tingkat kecocokan satu satuan lahan untuk penggunaan lahan ternetu, dalam hal ini gambaran tingkat kecocokan satuan lahan lokasi untuk budidaya kentang, padi sawah dan kapas.

Tabel 5.           Klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kentang, apel, dan ubi jalar
No.
Kelas Kesesuaian Lahan
Kriteria
1.
Kelas S1 (sangat sesuai)
Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal)
2.
Kelas S2 (sesuai)
Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas ringan dan/atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas sedang
3.
Kelas S3 (agak sesuai)
Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas sedang dan/atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat
4.
Kelas N1 (tidak sesuai sekarang)
Unit lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki
5.
Kelas N2 (tidak sesuai permanen)
Unit lahan yang memiliki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki
Dari data-data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa untuk kelas kesesuian lahan untuk tanaman padi,kentang,dan kapas. Cukup sesuai (S2) dengan beberapa perbaikan seperti draenase untuk padi sawah,dan perbaikan tekkstur tanah epabila ada yang belum terpenuhi seperti pemberian kapur (CaCo3),dan sebagainya.







V.                 PENUTUP
1.      Kesimpulan

Adapun dari hasil  praktikum yang telah dilakukan maka dapat kita simpulkan bahwa:

·         Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus.
·         Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Proses klasifikasi kesesuaian lahan merupakan penilaian pengelompokan lahan dengan menentukan kesesuaiannya untuk penggunaan tertentu.
·         Pada praktikum ini didapat kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kentang,padi sawah,dan kapas adalah kelas S2 dengan beberapa faktor pembatas yang masih bisa diperbaiki.
           
2.      Saran
Didalam praktikum ini sebaiknya dilakukan tidak hanya sekali dan bukan dalam waktu singkat sehingga mahasiswa/i lebih mengetahui secara detail.

















DAFTAR PUSTAKA


                                              
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin No.32 FAO. Rome.
Hardjowigeno & Widiatmaka, 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna lahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hardjowigeno, S. Widiatmaka, & A.S. Yogaswara.  1999. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah.  Fakultas Pertanian.  IPB. Bogor

Najiati & Danarti. 2004.  Kopi- Budi Daya dan Penanganan Pasca Panen, edisi Revisi, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sitorus, S. P. R. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Cetakan I, Bandung.

Prasetya, D. Y. 2008. Perencanaan Penggunaan Lahan Dengan Pendekatan Evaluasi Lahan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang. http://didityp.blogspot.com/2009/01/perencanaan-penggunaan-lahan dengan -pendekatan-evaluasi-lahan.html. ( 8 April 2009 ). Diakses oleh iskandar,

Prabowo, A. Y. 2007. Budidaya Kentang, Teknis Budidaya Agrokomplek. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kentang.html (10 Mei 2009)

Ritung, S., Wahyunto., Fahmuddin, Agus & H. Hidayat.  2007.  Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan, Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre.http://www.worldagroforestry.org/Sea/Projects/regrin/data/Panduan EvaluasiKesesuaian Lahan.pdf. (4 April 2009 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar