POTENSI PEMANFAATAN INSEKTISIDA NABATI DALAM PENGENDALIAN HAMA PADA BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK
Muhammad Sarjan
Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian UniversitasMataram
Jl. Pendidikan Mataram-Lombok-NTB
ABSTRAK
Kata kunci: Insektisida nabati, sayuran organik
PENDAHULUAN
Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis, terutama pada tanaman sayuran yang sampai sat ini masih menggunakan insektisida kimia sintetis secara intensif. Di satu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme penggangu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan (Prijono, 1994). Sedangkan di lain pihak tanpa pengunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT (Kardinan, 2001).Untuk mengatasi masalah tersebut dan menciptakan tanaman holtikultura terutama sayuran yang ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang aman dikonsumsi maka penerapan usaha tani berbasis organik (pertanian organik) merupakan keharusan (Anonim,2004). Saat ini petani menerapkan budidaya sayuran organik sebagai respon terhadap semakin perlunya kesehatan konsumen dan produsen, dan juga sebagai upaya untuk membuat pertanian yang berwawasan lingkungan (Riza dan Tahjadi, 2001).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran, dan jenis sayurannya pun semakin bervariasi. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan produksi tanaman sayuran antara lain dengan cara mengembangkan pertanian organik yang diharapkan dapat menghasilkan produk pertanian yang mampu bersaing di pasaran, karena pertanian organik selain mempunyai biaya produksi rendah, juga hasil panen umumnya mengandung residu bahan kimia yang relatif rendah, sehingga hasilnya digemari oleh masyarakat. Saat ini banyak konsumen yang menuntut kualitas produk pertanian yang aman untuk dikonsumsi, sehingga pengembangan pertanian organik ke depan mempunyai prospek yang bagus, jika dikelola dengan baik, dan menerapkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan (Sustainable Agricultural Development) (Anonim, 2004).
Beberapa tindakan pengendalian yang dapat digunakan untuk mecegah serangan hama pada tanaman sayuran antara lain dengan teknik bercocok tanam (rotasi tanaman, sanitasi), penggunaan varietas yang tahan, pengendalian hayati dengan memanfaatkan predator dan parasitoid, pengendalian dengan menggunakan pestisida botani dari ekstrak tumbuhan serta pengendalian secara kimia dengan menggunakan insektisida. Budidaya sayuran organik dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada berupa pestisida hayati dan botani serta pengunaan pupuk organik diharapkan dapat menekan populasi dan intensitas serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada ekosistem sayuran organik. Sementara ini sudah banyak dilakukan ujicoba pemanfaatan insektisida nabati sebagai alat pengendali
POTENSI TUMBUHAN TROPIS SEBAGAI INSEKTISIDA BOTANI
Sebagai daerah tropis, Anggota Meliaceae yang paling banyak diteliti adalah nimba/mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan bahan aktif utama azadirachtin (limonoid). Tanaman ini tersebar di daratan
Selain tanaman di atas, Aglaia sp. (Meliaceae) merupakan salah satu tanaman yang akhir-akhir ini banyak diteliti aktivitasnya. Daerah penyebaran tanaman ini meliputi
Beberapa spesies tanaman famili Annonaceae ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Jenis-jenis tanaman famili Annonaceae yang disebutkan di atas umum dijumpai di
HASIL UJI COBA DAN IMPLEMENTASI INSEKTISIDA NABATI PADA BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK
Penggunaan pestisida kimia sintetis untuk mengendalikan Efektivitas suatu bahan-bahan alami yang digunakan sebagai insektisida nabati sangat tergantung dari bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda pula, ini dikarenakan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari tumbuhan tersebut (Grainge and Ahmed 1987 dalam Wasiati 2003). Menurut Sarjan dan Wiresyamsi (1997), penggunaan insektisida non kimiawi sintetis nimba (Azadirachta indica) dan Bt memiliki potensi yang cukup tinggi sebagai agen pengendali hama ulat kubis Plutella xylostella yang dalam prakteknya hampir sama dengan insektisida kimia Sumithion 50 EC mampu menekan intensitas serangan sekitar 80%.
Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan dan tanaman yang berpotensi sebagai pestisida yang aman bagi lingkungan. Namun sampai saat ini pemanfaatan belum dilakukan secara maksimal dan di bawah ini hasil penelitian yang telah dilakukan pada budidaya sayuran organik Saat ini setidaknya terdapat lebih dari 2.000 jenis tanaman yang telah dikenal memiliki kemampuan sebagai pestisida. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di Bogor memiliki koleksi puluhan jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai insektisida. Penelitian tentang tanaman-tanaman beracun botani di
Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensi insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, dan Rutaceae (Arnoson et al., 1993 ; Isman, 1995 dalam Sarjan 2005). Potensi insektisida nabati yang berasal dari famili Meliaceae terutama ekstrak biji memiliki aktifitas penghambat makan dan penghambat perkembangan yang kuat terhadap serangga, seperti nimba memiliki senyawa azadirachtin yang bersifat racun perut. Selain dari famuli Meliaceae, tanaman dari famili Annonaceae yang potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber insektisida nabati adalah srikaya. Senyawa aktif utama yang terkandung dalam srikaya adalah squamosin yang termasuk senyawa asetogenin, yang memiliki efek kontak cukup baik terhadap serangga (Djoko, 1994).
Seperti dilaporkan oleh Sarjan (2004) menyatakan bahwa penggunaan insektisida non kimia sintetis dari nimba, dan srikaya mempunyai kemampuan untuk menekan populasi Spodoptera litura F. dan melestarikan populasi musuh alami berupa predator pada tanaman kedelai. Selain mampu menekan populasi S. litura, insektisida non kimia sintetis nimba memiliki potensi yang cukup tinggi yaitu mampu menekan intensitas serangan yang hampir sama dengan insektisida kimia. Sedangkan insektisida non kimia sintetis dari srikaya memiliki kemampuan yang paling rendah dalam mengendalikan
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana keberadaan
Tabel 1. Uji Statistik T-Test Untuk Populasi dan Intensitas Serangan Hama Pengisap Daun Tomat yang Diperlakukan Secara Konvensional dan Organik.
Organik | Konvensional | F. hitung | F. tabel | t.hitung | t. tabel | ket | |
Populasi Hama (ekor/ 8tanaman) | |||||||
Imago Myzus persicae | 0,65 | 0,53 | 2,086815 | 1,860811 | 0,67818 | 2,006646 | NS |
Imago Thrips parvispinus | 23,05 | 41,01 | 2,694896 | 1,860811 | 2,408404 | 2,010635 | S |
Nimfa Thrips parvispinus | 74,89 | 1376,59 | 2,636344 | 1,860811 | 2,27959 | 2,010635 | S |
Intensitas serangan (%/8 tanaman) | |||||||
Myzus persicae | 0,05 | 0,04 | 1,3682203 | 1,860611 | 0,6760154 | 2,001717 | NS |
Thrips parvispinus | 3,01 | 3,69 | 1,060862 | 1,860811 | 1,747459 | 2,001717 | NS |
Besarnya populasi dan intensitas serangan serta pola fluktuasi
Pola fluktuasi populasi dan intensitas serangan pada kedua kondisi tanaman tomat yang dibudidayakan secara konvensional dan organik adalah sama yaitu mulai meningkat sejak tanaman berumur 22 hari setelah tanam dan mencapai puncaknya pada umur tanaman antara 32 dan 37 hari setelah tanam untuk Thrips parvispinus dan 42 hari setelah tanam untuk Myzus persicae. Perlakuan secara organik dapat menghasilkan tomat lebih tinggi dari pada tanaman tomat yang diperlakukan secara konvensional yaitu 125 kw/ ha untuk organik dan 120 kw/ ha untuk konvensional.
A B
Gambar 1. Fluktuasi populasi imago (A) dan Intensitas Serangan (B) Myzus persicae yang menyerang tanaman tomat pada dua sistem budidaya yang berbeda.
Sementara itu hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan populasi dan intensitas serangan Tabel 2. Data hasil analisis rata-rata populasi dan intensitas serangan hama T. parvispinus pada tanaman cabai merah yang diperlakukan secara konvensional dan organik.
Analisis | Pengamatan | ||
Populasi | Intensitas Serangan | ||
1 | F hitung | 1,617566 | 1,386460 |
2 | F tabel | 1,860811 | 1,860812 |
3 | T hitung | 1,347937 | 1,618329 |
4 | T tabel | 2,001716 | 2,001716 |
Keterangan | NS | NS |
Gambar 2. Perkembangan populasi hama T. parvispinus pada tanaman cabai merah yang diperlakukan secara konvensional dan organik.
Gambar 3. Perkembangan intensitas serangan hama T. parvispinus pada tanaman cabai merah yang diperlakukan secara konvensional dan organik.
Perkembangan populasi dan intensitas serangannya selama pengamatan menunjukkan pola yang sama, dimana Pada tanaman kubis, untuk mengetahui fluktuasi intensitas serangan ulat S. litura pada kondisi yang berbeda yaitu pada sisitem budidaya organik dan konvensional telah dilakukan penelitian yang menunjukan bahwa tidak terdapat berbedaan intensitas serangan ulat S. litura pada tanaman kubis yang dibudidayakan secara organik dan konvensional dengan pola fluktuasi yang berbeda. Intensitas serangan S. litura mencapai puncaknya pada umur tanaman 27 hari setelah tanam pada kondisi organik , sedangkan pada kondisi konvensinal pada 42 hari setelah tanam.
Tabel 3. Uji statistik t-test intensitas serangan ulat Spodoptera litura pada tanaman kubis yang diperlakukan secara organik.dan konvensional
Organik | Konvensional | F. hitung | F. tabel | t. hitung | t. tabel | ket | |
Intensitas serangan | 2,561 | 2,900 | 2,207 | 3,179 | - 0,642 | 2,101 | NS |
Sumber : Data Primer Diolah
Rata-rata intensitas serangan Keterangan :
: Konvensional
: Organik
Gambar 4. Perkembangan Intensitas Hama S. litura pada Tanaman Kubis yang dibudidayakan secara Konvensional dan Organik dari Pengamatan ke-1 -ke-10.
PENUTUP
Produksi pestisida nabati secara masal untuk keperluan komersial masih menghadapi beberapa kendala, diantaranya ketersediaan jumlah bahan Berdasarkan hasil penelitian pada sayuran organik (Cabe, tomat dan kubis) dapat disimpulkan bahwa rata-rata populasi dan intensitas serangan
Dengan mengetahui pola perkembangan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pedoman dalam upaya pengelolaan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004. Buku Pedoman Non Kimia. Departemen Pertanian. Jakarta . 13 h.
Arnason, J.T., S. Mackinnon, A. Durst, B.J.R. Philogene, C. Hasbun, P. Sanchez, L. Poveda, L. San Roman, M.B. Isman, C. Satasook, G.H.N. Towers, P. Wiriyachitra, J.L. McLaughlin. 1993. Insecticides in Tropical Plants with Non-neurotoxic Modes of Action. p. 107-151. In K.R. Downum, J.T. Romeo, H.A.P. Stafford (eds.), Phytochemical Potential of Tropical Plants. New York : Plenum Press.
Basana, I.R., D. Prijono. 1994. Insecticidal Activity of Aqueous Extracts of Four Species of Annona (Annonaceae) against Cabbage Head Caterpillar, Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae). Bul. HPT. 7:50-60.
Kardinan, A. dan Ruhnayat, A., 2003. Mimba Budidaya dan Pemanfaatannya. Penebar Swadaya. Jakarta . 7-9 h.
Kardinan,A., 2001. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta . 2 h.
Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta .
Parnata, A.S., 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta . 62 h.
Prijono, D., dan Hasan E., 1993. Pengaruh Ekstrak Nimba Terhadap Perkembangan dan Mortalitas Croccidolonia binotalis. Proseding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor 1 – 2 Desember 1993.
________1994. Pedoman Praktikum Teknik Pemanfaatan Insektisida Botanis. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor . Bogor .
Riza,V. dan Tahjadi, 2001. Alternatif Pengendalian Hama . PAN Indonesia. Jakarta . 63 h.
Sarjan, M., 2004a. Pengelolaan Hama Terpadu Dalam Perspektif Sistem Pertanian Berkelanjutan Di Era Galobalisasi. Orasi Ilmiah Dies Natalis UNRAM. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
_______, 2004b. Potensi Insektisida Non Kimia Sintetik Dalam Konservasi Predator Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Pada Tanaman Kedelai. Agroteksos. Majalah Ilmiah Pertanian (Agronomi, dan Sosial Ekonomi) Volume 13 No 4. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
________, dan Astam Wiresyamsi, 1997. Laporan Penelitian Potensi Insektisida Non Kimiawi Sintetis Sebagai Pengendali Ulat Kubis Plutella xylostella. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
________, 2006a. Intensitas Serangan Ulat Spodoptera litura pada Tanaman Kubis yang Dibudidayakan Secara Organik dan Konvensional ( Jurnal HAPETE, Vol 3:1. April 2006)
________, 2006 b. Pengelolaan hama Pengisap daun Thrips parvispinus Karny Pada Tanaman cabe Yang dibudidayakan Secara Organik dan Konvensional (Jurnal Penenltian Universitas Mataram, Edisi A: Sains dan Teknologi. Vol 2:10. Agustus 2006)
________, 2007. Perkembangan ulat grayak (Spodoptera litura Hbn) pada tanaman tomat yang dibudidayakan secara organik dan konvensional. (Jurnal PARTNER Politeknik Pertanian Kupang NTT tahun 14.No periode januari 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar