Total Tayangan Halaman

Sabtu, 14 Januari 2012

Makalah disampaikan pada acara Peningkatan Kualitas SDM Petugas dan Petani, Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka


Makalah disampaikan pada acara Peningkatan Kualitas SDM Petugas dan Petani,
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Direktorat Jenderal Hortikultura,
Bandung, 22-23 Maret 2006

1
Fertigasi pada Budidaya Tanaman Sayuran di
dalam Greenhouse
Anas D. Susila, Ph.D
Bagian Produksi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultutra,Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Kampus IPB Darmaga, Bogor, Telp : 0251 629353, Fax: 628060,
e-mail:anas@ipb.ac.id
Pada budidaya tanaman dengan sistem hidroponik pemberian air dan pupuk
memungkinkan dilaksanakan secara bersamaan.  Oleh karena itu,
manajemen pemupukan (fertilization) dapat dilaksanakan secara terintegrasi
dengan manajemen  irigasi (irrigation)  yang selanjutnya disebut FERTIGASI
(fertilization and irrigation) .  Dalam sistem hidroponik, pengelolaan air dan
hara difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal sesuai dengan umur
tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang maximum.

Kualitas Air
Tanaman terdiri atas 80 – 90% air (Salisbury and Ross 1978) sehingga
ketersediaan air yang berkualitas sangat penting untuk mendukung
keberhasilan proses budidayanya (Portree 1996, Styer and Koranski 1997).
Kualitas air dapat di tentukan dari apa yang terkandung di dalam sumbernya
(sumur atau sungai), juga tingkat kemasamannya.  Air adalah pelarut yang
dapat mengandung jumlah tertentu garam-garam terlarut. Salah satu garam
terlarut tersebut adalah pupuk. Untuk menyediakan sumber hara yang cukup
bagi tanaman pupuk perlu dilarutkan di dalam air.  

Sebelum menggunakan air dari berbagai sumber untuk budidaya tanaman
pertanian sebaiknya dilakukan analisis dahulu.  Analisis kualitas air biasanya
terkait dengan berbagai garam terlarut yang terkandung di dalamnya.
Maksimum konsentrasi yang diperkenankan dalam part per millions (ppm)
garam-garam terlarut untuk budidaya tanaman di dalam greenhouse disajikan
pada Tabel 1. Parts per million  (ppm) adalah satu satuan pengukuran jumlah
ion terlarut, atau garam terlarut, dan biasanya digunakan untuk mengukur
konsentrasi garam-garam pupuk di dalam larutan hara. Tingkat konsentrasi
ion terlarut dapat juga dinyatakan dalam milligrams/Liter larutan. Terdapat
hubungan antara milligrams/Liter (mg/L) dan ppm, dimana 1 mg/L = 1 ppm.  

Uji kualitas air juga meliputi pH atau tingkat kemasaman air.  Sekalipun suatu
sumber air telah ditetapkan sebagai sebagai sumber air yang baik untuk
produksi tanaman di dalam greenhouse , namun harus tetap dimonitor secara
rutin untuk memastikan bahwa terjadinya fluktuasi kualitas air tidak
mempengaruhi produksi tanaman. Tabel 1. Konsentrasi maksimum ion garam terlarut dalam air  untuk
budidaya tanaman di dalam Greenhouse (ppm).

Elemen Kosentrasi
Maksimum  (ppm)
Nitrogen (NO3 - N) 5
Phosphor (H2PO4 - P) 5
Potassium (K
+
) 5
Calsium (Ca
++
) 120
Magnesium (Mg
++
) 25
Chlorida (Cl
-
) 100
Sulphat (SO4
--
) 200
Bicarbonat (HCO3
-
) 60
Sodium (Na
++
) 30
Iron (Fe
+++
) 5
Boron (B) 0.5
Zinc (Zn
++
) 0.5
Manganese (Mn
++
) 1.0
Copper (Cu
++
) 0.2
Molybdenum (Mo) 0.02
Fluoride (F
-
) 1
 
pH 75
E.C. 1

Electrical Conductivity  (EC)
Hasil analisis air juga dilakukan terhadap Electrical Conductivity  atau E.C air.
Kemampuan air sebagai penghantar listrik dipengaruhi oleh jumlah ion atau
garam yang terlarut di dalam air. Semakin banyak garam yang terlarut
semakin tinggi daya hantar listrik yang terjadi.  EC merupakan pengukuran
tidak langsung terhadap konsentrasi garam yang dapat digunakan untuk
menentukan secara umum kesesuaian air untuk budidaya tanaman dan
untuk memonitor konsentrasi larutan hara.  Pengukuran EC dapat digunakan
untuk mempertahankan target konsentrasi hara di zone perakaran yang
merupakan alat untuk menentukan pemberian larutan hara kepada tanaman.
Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
2
Satuan pengukuran EC adalah millimhos per centimeter (mmhos/cm),
millisiemens per centimeter (mS/cm)  atau  microsiemens per centimeter.
Air yang sesuai untuk budidaya tanaman di dalam greenhouse  sebaiknya
mempunyai E.C. yang tidak melebihi1.0 mmhos/cm. (EC=1)

pH
Kemasaman dan kebasaan dari air dinyatakan dalam pH (Styer and Koranski
1997), dan diukur dalam skala  0  sampai 14. Angka yang semakin rendah
menunjukkan kondisi larutan yang semakin masam, sebaliknya semakin
tinggi pH semakin alkalin  (Boikess and Edelson 1981). Skala pH adalah
logaritmik, artinya peningkatan 1 angka, misalnya 4 ke 5 menunjukkan 10 kali
meningkat alkalinitasnya, demikian juga sebaliknya.

Pada lokasi tertentu pH air cukup alkalin dengan pH 7.0 sampai 7.5.
Alkalinitas air ini meningkat dengan meningkatnya konsentrasi Bicarbonat
(HCO3
-
). Pengukuran pH mencerminkan reaksi kimia air dan larutan hara.
Kondisi pH larutan hara sangat menentukan tingkat kelarutan unsur hara, dan
ketersediaan hara bagi tanaman (Portree 1996, Styer dan Kornaski 1997).

Kondisi pH optimum larutan hara, yang mencerminkan ketersediaan hara
bagi tanaman berkisar dari 5.5 - 6.0 (Portree 1996). Pengaturan pH larutan
dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam : asam  phosphat,
asam nitrat. Ketika bahan-bahan tersebut digunakan kandungan N, P yang
terikut harus diperhitungkan dalam pemberian hara.
 
Jumlah asam yang diperlukan untuk mengatur pH biasanya tergantung
konsentrasi bicarbonate (HCO3
-
) di dalam air.  Jumlah ini diketahui dari
analisis air yang dinyatakan dalam ppm.  Target pH larutan hara biasanya 5.8
atau setara dengan 60 ppm konsentrasi bicarbonate. Bila kandungan air yang
digunakan untuk melarutkan hara mempunyai pH 8.1 dan bicarbonat 207
ppm, maka 200 ppm - 60 ppm = 140 ppm bicarbonat yang perlu dinetralkan
untuk mengurangi pH dari 8.1 menjadi 5.8.  

Untuk menetralkan 61 ppm  atau  1 miliequivale bicarbonate memerlukan
kurang lebih 70 ml asam phosphat  85%, atau  84 ml asam nitrat  67%  per
1000 liter air. Sehingga untuk menetralkan  140 bicarbonat diperlukan
Menggunakan  Asam phosphat 85%
140 / 61 = 2.3 milliequivalen bicarbonate yang harus dinetralkan.
2.3 milliequivalen x 70 ml asam phosphat 85% untuk setiap miliequivalen
quivalent = 2.3 x 70 ml = 161 ml asam phosphat 85% untuk setiap 1000 liter
air.
  
Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
3
Menggunakan Asam Nitrat 67%
2.3 milliequivalen bicarbonate yang harus dinetralkan.  2.3 milliequivalen x 76
ml per milliequivalen = 2.3 x 76 ml = 175 ml Asam Nitrat  67% untuk setiap
100 liter air
Penghitungan tersebut harus dilakukan untuk setiap sumber air sesuai
dengan hasil analisis kandungan bicarbonat.  Asam mempunyai sifat yang
korosif sehingga harus ditangani secara hati-hati.  
Unsur Hara Tanaman
Pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimum dapat dicapai dengan
pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Meskipun unsur
hara tanaman sangat kompleks, namun demikian kebutuhan dasar terhadap
hara dalam  budidaya tanaman secara hidroponik telah diketahui. Terdapat
13 unsur hara essensial untuk pertumbuhan tanaman. Air  (H2O) dan karbon
dioksida (CO2) juga essensial untuk tanaman. Hidrogen, Carbon dan Oksigen
juga diperlukan untuk pertumbuhan tanaman mengakibatkan total hara
essensial sebanyak 16 elemen (Salisbury and Ross 1978).

Table 2. Hara esensial untuk pertumbuhan tanaman
Element Simbol Tipe Mobilitas Gejala Defisiensi
Nitrogen N makro mobil Tanaman hijau muda, daun
tua menguning
Phosphorus P makro Mobil Tanaman hijau tua berubah
keunguan
Potassium K makro Mobil Tepi daun tua hijau
kekuningan
Magnesium Mg makro Mobil Interveinal chlorosis,
Chlorosis mulai dari daun tua
berubah ke nekrosis,
Calcium Ca makro Imobil Die back daun muda (tip
burn) Blossom end rot of fruit
(tomat and paprika).
Sulfur S makro Immobil Warna daun hijau muda.
Iron Fe mikro Immobil  Interveinal chlorosis,
dengan “netted pattern”.
Manganese Mn mikro immobil Interveinal chlorosis, dengan
“netted pattern”.
Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
4Boron B mikro Immobil Pucuk terminal menjadi hijau
muda, dan mati.
Copper Cu mikro Immobil Daun muda rontok, dan
kelihatan layu.
Zinc Zn mikro Immobil interveinal chlorosis daun tua
Molybdenum Mo mikro Immobil Daun bagian bawah pucat

Kriteria hara esensial adalah apabila tanaman tidak dapat melengkapi siklus
hidupnya tanpa adanya hara tersebut (Salisbury and Ross 1978). Beberapa
unsur Na, Cl, dan Si tidak tergolong essensial namun mempengaruhi
pertumbuhan tanaman atau juga unsur esensial bagi tanaman tertentu
(Wilson and Loomis 1967, Salisbury and Ross 1978, Styer and Koranski
1997).
.
Unsur hara essensial dapat dikelompokkan menjadi hara makro dan hara
mikro.  Hara makro diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak untuk
pertumbuhan tanaman dari pada hara mikro (Salisbury and Ross 1978).
Pengelompokan lain berdasarkan mobilitas unsur hara di dalam tanaman .
Hara mobil adalah hara yang ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda
contohnya nitrogen (Salisbury and Ross 1978). Calsium adalah contoh unsur
hara yang tidak mobil, dimana bila sudah ditranlokasikan di suatu bagian
tanaman Ca tidak bisa di re-translokasikan di dalam phloem ke tempat lain.
(Salisbury and Ross 1978).

Air merupakan komponen penting dalam penyerapan ion oleh tanaman, dan
hara hanya terjadi bila dalam larutan.  Dalam kondisi padat ion-ion hara
berada dalam bentuk garam  (Boikess and Edelson 1981). Bila tidak ada air
ion hara yang bermuatan berlawanan akan bergabung membentuk garam
yang  padat yang stabil. Contohnya,  anion nitrate (NO3
-
) pada umumnya
bergabung dengan calsium kation (Ca
+2
) atau potassium (K
+
) membentuk
garam calsium nitrat Ca(NO3)2 dan potassium nitrat (KNO3). Ketika garamgaram ditambahkan ke dalam air ia akan larut dan berdisosiasi menjadi
kation dan anion.  Dalam keadaan terlarut inilah hara akan tersedia bagi
tanaman.

Beberapa hal penting yang perlu diingat adalah bahwa garam-garam
mempunyai tingkat kelarutan yang berbeda.. Calcium sulfate (CaSO4) relatif
tidak mudah larut sehingga kurang baik untuk pupuk, sebab hanya sedikit
sekali kation Calsium (Ca
++
) yang tersedia bagi tanaman.

Beberapa unsur mikro disamping dalam bentuk garam, biasanya juga dalam
bentuk Chelat; Besi, Zinc, Mangan and Copper.  Chelate adalah bahan yang
mudah larut yang terbentuk ketika atom tertentu bereaksi dengan molekul
Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
5organik tertentu.  Garam-garam sulfat dari Fe, Zn, Mn, dan Cu biasanya
kelarutannya rendah, dan dalam bentuk chelate unsur tersebut akan mudah
tersedia bagi tanaman (Boikess and Edelson 1981).

Program Pemupukan
Larutan hara untuk pemupukan tanaman hidroponik di formulasikan sesuai
dengan kebutuhan tanaman menggunakan kombinasi garam-garam pupuk.
Jumlah yang diberikan disesuaiakan dengan kebutuhan optimal tanaman.
Program pemupukan tanaman melaui hidroponik walaupun kelihatannya
sama untuk berbagai jenis tanaman sayuran, akan tetapi terdapat perbedaan
kebutuhan setiap tanaman terhadap hara.   Pupuk yang dapat digunakan
dalam sistem hidroponik harus mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi .

Tabel 3. Bentuk unsur hara mineral yang tersedia bagi tanaman
Unsur Simbol Bentuk tersedia Simbol
Macronutrients
Nitrogen N Nitrate ion
Ammonium ion
NO3
-

NH4
+
Phosphor P Monovalent phosphate ion
Divalent phosphate ion
H2PO4
-

HPO4
-2
Potassium K Potassium K
+
Calcium Ca Calcium ion Ca
+2
Magnesium Mg Magnesium ion Mg
+2
Sulfur S Divalent sulfate ion SO4
-2
Chlorine Cl Chloride ion Cl
-

Micronutrients
Iron/Besi Fe Ferrous ion
Ferric ion
Fe
-2

Fe
-3
Manganese Mn Manganous ion Mn
+2
Boron B Boric acid H3BO4
Copper Cu Cupric ion chelate
Cuprous ion chelate
Cu
+2

Cu
+
Zinc Zn Zinc ion Zn
+2
Molybdenum Mo Molybdate ion MoO4
-

Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
6Kebutuhan konsentrasi berbagai macam hara biasanya dinyatakan dalam
parts per million (ppm). Rekomendasi konsentrasi hara untuk budidaya
paprika di dalam Greenhouse disajikan dalam Tabel 4.  Target konsentrasi
semua unsur hara disajikan kecuali Sulfur dan Chloride.  Hal ini dilakukan
karena S sudah terbawa dalam K-sulfat, atau Mg-Sulfat.  Chloride biasanaya
ditemukan dalam jumlah yang cukup dalam pupuk sebagai bahan bawaan.
Apabila kebutuhan hara sudah diketahui maka formulasi kebutuhan pupuk
dapat ditentukan.
  
Beberapa informasi dasar diperlukan dalam memformulasikan pupuk adalah:
1. Volume larutan stok dan volume akhir yang diperlukan.
2. Jenis pupuk yang diperlukan serta kandungan hara di dalam pupuk
tersebut.

Table 4. Traget konsentrasi larutan hara untuk budidaya paprika di
dalam Greenhouse.
Hara Resh (ppm) Agrotisari
(ppm)
PT Joro
(ppm)
Target (ppm)
Nitrogen 142 99.1 218 (NO3),
10.1 (NH4)
200
Phosphorus 24 58 97.9 55
Potassium 152 214 346 318
Calcium 114 64.4 174.2 200
Magnesium 22 38.8 59.6 55
Sulfur 34 52 139 -
Iron 1 1.6 0.78 3.00
Manganese 0.3 0.44 0.3 0.50
Copper 0.04 0.4 0.05 0.12
Molybdenum 0.03 0.3 0.065 0.12
Zinc 0.3 0.54 3.5 0.20
Boron 0.3 0.24 0.28 0.90

Target Pemupukan dan Keseimbangan Fase Tumbuh Tanaman
Pemberian hara meningkat jumlahnya sesuai dengan tingkat  pertumbuhan
tanaman. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan EC larutan hara
mulai dari EC 2.5 pada stadia vegetatif menjadi EC 3.0 mmhos pada fase
generatif.
Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
7Peningkatan EC meningkatkan konsentrasi total garam terlarut, akan tetapi
tidak merubah rasio unsur hara yang terkandung di dalamnya.  Peningkatan
konsentrasi hara di zone perakaran akan memnyebabkan tanaman
mengalami stress karena kesulitan menyerap air dari media. Respon
tanaman dalam mengatasi stress tersebut adalah dengan merubah
kecenderungan pertumbuhan ke fase generatif (bunga dan buah). Salah satu
tantangan dalam memproduski tanaman adalah bagaimana menghasilkan
tanaman dengan pertumbuhan vegetatif yang bagus dan dilanjutkan dengan
pembentukan buah yang optimum sepanjang musim tanam.

Beberapa pengaruran keseimbangan fase vegetative/generative dapat
dilakukan dengan pengaturan rasio hara khususnya Nitrogen – Potasium.
 
Tabel 5. Target nilai absolute dan relative rasion antara N, P, K dan Ca
dalam budidaya sayuran (E.C. of 2.5 mmhos)
Tanaman Target Hara(ppm) Rasio Hara
N K Ca N K Ca
Mentimun 200

300

173 1.00 1.51 0.86
Paprika 214 318 200 1.00 1.48 0.93

N:K rasio yang disajikan pada Tabel 5 adalah 1:1.5.  Peningkatan level K
akan meningkatkan rasio menjadi 1:1.7 dan mengarahkan tanaman untuk
mengalami pertumbuhan generatif. Hal ini disebabkan karena N mendorong
pertumbuhan vegetative, sedangkan K mendorong pertumbuhan generative
dan pematangan buah. Calsium juag penting untuk mendorong pertumbuhan
jaringan, buah dan pematangan buah. Calsium biasanya mempunyai
perbandingan yang seimbang dengan nitrogen.  Rario   N:Ca = 1:1, cocok
untuk paprika dan tomat, sementara itu rasio  N:Ca= 1:0.85 cocok untuk
tanaman mentimun.
 
Formulasi pupuk untuk Hidroponik
Penghitungan pupuk untuk budidaya tanaman secara hidroponik biasanya
cukup rumit, karena menyangkut berbagai macam unsur yang berasal dari
berbagai macam sumber pupuk.  Beberapa garam pupuk tersebut ada yang
berbentuk tungal maupun majemuk.  Program computer “IFF SYSTEM” telah
dikembangkan untuk memperudah penghitungan hara untuk budidaya
sayuran secara hidroponik berdasar kebutuhan hara tanaman dan
kandungan analisis air (Susila, 2001).     Beberapa sumber pupuk yang
dapat dipergunakan dalam formulasi pupuk hidroponi disajikan dalam Tabel
6.
Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
8Tabel 6. beberapa jenis pupuk untuk formulasi hara tanaman pada
program budidaya tanaman sayuran secara hidroponik  

Hara Makro Pupuk Hara
Calcium nitrate
15.5-0-0
15.5% nitrogen (NO3-N)
19% calcium
Potassium nitrate
13-0-44
13% nitrogen (NO3-N)
37% potassium
Nitrogen
Ammonium nitrate
34-0-0
17% nitrogen (NO3-N)
17% nitrogen (NH4-N)
Phosphorus Monopotassium
phosphate
0-53-44
23% phosphorus
29% potassium
Potassium nitrate
13-0-44
37%potassium
13% nitrogen (NO3-N)
Potassium sulfate
0-0-50
41.5% potassium
17% sulfur
Monopotassium
phosphate
0-53-44
23% phosphorus
29% potassium
Potassium
Potassium chloride
0-0-60
49% potassium
26% chlorine
Calcium nitrate
15.5-0-0
19% calcium
15.5% (NO3-N)
Calcium
Calcium chloride
CaCl2-2H2O
27% calcium
48% chlorine
Magnesium sulfate
MgSO4-7H2O
10% magnesium
13% sulfur
Magnesium
Magnesium nitrate
Mg(NO3)2-6H2
10% magnesium
11% nitrogen (NO3-N)
Magnesium sulfate
MgSO4-7H2O
10% magnesium
13% sulfur
Sulfur
Potassium sulfate
0-0-50
41.5% potassium
17% sulfur
Calcium chloride
CaCl2-2H2O
27% calcium
48% chlorine
Chlorine
Potassium chloride
0-0-60
49% potassium
26% chlorine
Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
9Hara Mikro
Iron Iron chelate 13% iron
Manganese Manganese chelate 13% manganese
Copper Copper chelate 14% copper
Molybdenum Sodium molybdate 39% molybdenum
Boron Borax 15% boron

Pedoman Pencampuran Pupuk Hidroponik
Volume larutan hara yang dibutuhkan setiap hari sangatlah besar, sangatlah
tidak praktis apabila mencampur larutan hara setiap hari. Oleh karena itu
pencampuran larutan hara biasasanya dilakukan dengan membuat
konsentrasi tinggi (100 sampai 200 kali) sebagai larutan stok.  Hal ini juga
dilakukan untuk memudahkan penyimpanan dalam volume stok yang tidak
terlalu besar.  Selanjutnya pada saat aplikasi dilakukan kembali
pengencerean larutan stok tersebut.
Setelah jumlah dan jenis berbagai pupuk telah diketahui selanjutnya
dilakukan pencampuran hara.  Sebagian besar produksi sayuran dalam
greenhouse secara komersial menggunakan 2 tangki larutan stok, meskipun
beberapa menggunakan tangki ketiga untuk larutan asam.

Beberapa Tips pencampuran larutan hara:
1. Pililah sumber pupuk yang mempunyai kualitas yang baik dan kelarutan
yang tinggi.
2. Ketika bekerja dengan larutan berkonsentrasi tinggi janganlah
mencampur pupuk yang mengandun Calsium  (contoh calsium nitrat)
dengan pupuk lain yang mendandung phosphat (contoh. monopotassium
phosphate) atau sulfat (contoh. potassium sulfat, magnesium sulfat).
Ketika pupuk yang mengandung calsium, phosphate, sulfat dicampur
dalam konsentrasi tinggi akan terjadi pengendapan dalam calsium
phosphat and calsium sulfat.  Endapan ini akan menggumpal di dasar
tangki dan dapat menyumbat emitter pada jaringan irigasi tetes.
3. Gunakanlah air panas untuk mencapur pupuk di masing-masing Tangki.
Akan tetapi masukkanlah hara mikro pada saat air sudah menjadi hangat,
dan tidak panas.
4. Aduklah terus pada saat pupuk ditambahkan ke tangki larutan hara.

Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
10Tabel 7. Isi Masing-masing Tangki Stok Larutan Hara  A dan B
Tangki A Tangki B
Calcium nitrate Potassium nitrate (Setengah
jumlah total)
Potassium nitrate (Sengah jumlah
total)
Magnesium sulfate
Iron chelate Monopotassium phosphate
 Potassium sulfate
Manganese chelate
Zinc chelate
Copper chelate
Sodium molybdate
Boric acid
Bila menggunakan pupuk tambahan pastikan bahwa calsium tidak tercampur
dengan phosphate atau sulfate. Pada umumnya sumber pupuk nitrat dapat
ditambahkan ke Tangki A, sedangkan yang lain di Tangki B.  Besi (Fe) selalu
tambahkan ke Tanggki A untuk menghidari reaksi dengan phosphate yang
dapat mengakibatkan pengendapan yang mengakibatkan tanaman dapat
kekurangan besi (Wieler and Sailus 1996), apabila menggunakan asam untuk
koreksi pH dapat ditambahkan di Tangki A atau B, atau dapat ditambahkan di
tangki C. Apabila menggunakan potassium bicarbonate diperlukan untuk
menaikkan pH buatlah di Tangki C.
  

Aplikasi Pupuk dan Air (Fertigasi)
Air dan pupuk diberikan secara bersamaan sebgai larutan hara.  Jumlah air
dan hara akan selalu berubah sesuai dengan umur dan pertumbuhan
tanaman.  Kebutuhan tananaman terhadap hara dan  terus meningkat sejak
persemaian sampai tanaman menghasilkan .  Secara umum pengaruh
frekuensi penyiraman berpengaruh terhadap hasil tanaman paprika yang
dibudidayakan secara hidroponik  disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Penyiraman sebanyak 250 ml  4 atau 5 kali sehari sesui dengan jadwal
memberikan hasil terbaik bagi tanaman paprika.

Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
11
Tabel 8. Jadwal Fertigasi pada Budidaya Paprika secara Hidroponik
Fekuensi Penyiraman
(250 ml)
Waktu Penyiraman
3x 7.30  11.00  14.30
4x 7.30 9.30  13.30  16.30
5x 7.30 9.30 11.00 13.30 16.30
6x 7.30 9.30 11.00 13.30 14.30 16.30

Tabel 9. Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap hasil buah Paprika
Frekuensi Penyiraman (250 ml larutan hara) Peubah Varietas
3X 4X 5X 6X
Spartacus 105 108 111 103 Bobot per
Buah (g) GoldFrame 108 110 113 105
Spartacus 634 785 625 559 Bobot
buah/tanaman
(g)
GoldFrame 603 661 742 616
Spartacus 6 7.3 5.6 5.4 Jumlah
buah/tanaman GoldFrame 5.6 6.1 6.6 5.9
Spartacus 55.6 5.6 5.5 5.2 Ketebaln
daging buah
(mm)
GoldFrame 5.0 5.1 5.2 5.2

Secara umum lebih baik meningkatkan frekuensi penyiraman daripada
meningkatkan jumlah air yang diberikan pada tanaman yang mendekati masa
panen. Frekuensi pemberian air juga dapat untuk mengatur keseimbngan
fase vegetative/generatif tanaman.  Pada jumlah volume yang tetap semakin
banyak frekuansi penyiraman tanaman akan cenderung mengalami
pertumbuhan vegetative, sebaliknya semakin jarang frekuensi cenderung
mendorong pertumbuhan generative.

Gambar 1. Skema Umum Monitoring Larutan Hara
Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
12Jadwal Fertigasi untuk Budidaya Sayuran Secara Hidroponik serta kirsan pH
masuk dan pH keluar disajikan pada Tabel 10
Tabel 10. Jadwal Fertigasi unuk Budidaya Sayuran Buah secara
Hidroponik

Waktu pemberian (WIB) EC (mS/cm) Umur
tanaman Suhu<30,RH
>50%
Suhu >30,
RH <50%
Vol.
(ml/ta
n)
Masuk Keluar
07.00 07.00 100 1.6-1.7 1.3-1.8
09.00 09.00 100 1.6-1.7 1.3-1.8
11.00 10.30 100 1.6-1.7 1.3-1.8
13.00 12.00 100 1.6-1.7 1.3-1.8
15.00 13.30 100 1.6-1.7 1.3-1.8
Fase Veg. I
(1-6 MST)
 15.00 100 1.6-1.7 1.3-1.8
07.00 07.00 150 1.8-1.9 2.0-2.1
09.00 09.00 150 1.8-1.9 2.0-2.1
11.00 10.30 150 1.8-1.9 2.0-2.1
13.00 12.00 150 1.8-1.9 2.0-2.1
15.00 13.30 150 1.8-1.9 2.0-2.1
Fase Veg II
(6-8 MST),
Berbunga
dan mulai
berbuah
 15.00 150 1.8-1.9 2.0-2.1
07.00 07.00 250 2.0-2.1 2.1-2.2
09.00 09.00 250 2.0-2.1 2.1-2.2
11.00 10.30 250 2.0-2.1 2.1-2.2
13.00 12.00 250 2.0-2.1 2.1-2.2
15.00 13.30 250 2.0-2.1 2.1-2.2
Fase Gen.
(>8 MST)
Pematangan
buah
 15.00 250 2.0-2.1 2.1-2.2

Pengukuran EC larutan hara dapat dipakai sebagai ukuran tingkat pemberian
hara bagi tanaman.  EC larutan hara yang memiliki target nitrogen 200 ppm
kira-kira sebesar 2.5 mmhos.   Tentu saja jumlah hara yang lain secara
proporsional mengikuti jumlah nitrogen.   Monitoring EC  dan pH dapat
dilakukan pada EC masuk (sebelum melewat media tanam) dan EC keluar
(setelah melewati media tanam).  Hal ini dapat memantau kecukupan hara
selama pertumbuhan tanaman. Tingkat pH optimum adalah  5.8, aktivitas
perakaran biasanya dapat menurunkan pH sekitar perakaran  untuk
mengatasi hal tersebut perlu digunakan pupuk yang tidak bersifat masam.
Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
13Tidak direkomendasikan menggunakan pupuk masam pada pH larutan  5.5.
Penggunaan  ammonium nitrat at 2 to 5 ppm of ammonium nitrogen (NH4 - N)
akan menurunkan pH perakaran akera pengaruh asam dari pupuk tersebut
Penyiraman pada malam hari dapat meningkatkan perkembangan buah,
akan tetapi biasanya berasosiasi dengan resiko pecah buah bila aplikasi
terlalu banyak. Sehingga penyiraman pada malam hari perlu dikalibrasikan
dengan kondisi agroklimat setempat.
Managemen fertigasi merupakan cara yang fleksible dalam pemberian pupuk
untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan pengalamanya, petani dapat
dengan mudah menyesuaikan jumlah dan jenis pupuk untuk memenuhi
kebutuhan tanaman berdasarkan tingkat perkembangannya.   Pemberian
hara yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah salah satu
“keyword” dalam budidaya tanaman secara hidroponik, sehingga
kesuksesan dalam manjemen larutan hara merupakan juga kesuksesan
dalam berbisnis tanaman secara hidroponik.

Fertigasi- Anas D. Susila, 2006
14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar