Total Tayangan Halaman

Minggu, 01 Januari 2012

Laporan Kedelai

  Laporan Kedelai

KEDELAI

Oleh  
kelompok II :

Saiful Mahdi
Reovasimulo
M.Iksan
Gurlianda
Kodrajad Raudal
Ulil Azmi
M.Ikbal Lubis
Ahmad Zaki
Dafit Sahputra
Antonio
Nurhadi
Aqsal Assalam
Adami
Eva Susanti








JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2011                                           BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Salah satu kendala serius dalam budidaya kedelai, terutama dalam skala besar,
adalah sulitnya pengendalian gulma.
Karena sifat pertumbuhannya yang relatif
lambat, tanaman kedelai kurang dapat bersaing dengan gulma, sehingga lahan harus
bebas dari gulma dalam waktu yang lama setelah tanam, agar tidak terjadi kehilangan
hasil. Karena kelangkaan tenaga kerja, penggunaan herbisida yang relatif ramah
terhadap lingkungan merupakan salah satu alternatif. Karena tanaman kedelai sensitif
terhadap herbisida yang umum digunakan di Indonesia, pengembangan varietas
kedelai toleran terhadap herbisida, khususnya glufosinat, diharapkan dapat
memberikan solusi untuk mengatasi kendala pengendalian gulma pada budidaya
kedelai.
            Berbagai upaya telah dilakukan untuk memacu peningkatan produksi menuju swasemba dakedelai. Penggalian potensi sumber pertumbuhan produksi kedelai kembali digiatkan terutama perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Menurut Suhardja (1990) cit. Anonim (1995), potensi areal kedelai pada lahan sawah di Indonesia sekitar 3,75 juta ha dan lahan kering 8,65 juta ha, tetapi yang telah dimanfaatkan baru sekitar 1,2 juta ha. Dari 1,2juta ha areal panen kedelai setiap tahunnya, 56 % diantaranya di Jawa, 26 % di Sumatera, 9 %di Bali dan Nusa Tenggara, 7 % di Sulawesi dan sekitarnya, 2 % di Kalimantan, Maluku dan Irian Jaya. Peluang ekstensifikasi kedelai yang relatif masih mudah dilaksanakan pada lahan sawah sekitar 1 juta ha, lahan kering 0,5 juta ha, dan lahan rawa 0,3 juta ha (Karama, 1990 cit. Anonim, 1995).


1.2 Manfaat Makalah
            Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Organisme penggangu tanaman agar dapat memahami tentang berbagai macam gulma pada tanaman kedelai dan tehnik pengendaliannya.

1.3 Tujuan Makalah
            Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang bahayanya gulma Yang menyerang tanaman kedelai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gulma
Pengertian yang paling umum adalah: 
(1) suatu tumbuhan yang tumbuhnya  salah tempat (Beal cit. Soerjani,  1987),
(2) suatu tumbuhan yang tumbuhnya  tidak dikehendaki manusia   (Soerjani,                      1974;Theo,1974; Tjitrosoedirdjo et al., 1984),
(3) suatu tumbuhan yang ikut campur  dengan manusia di bidang pertanian,  dan
(4)  suatu tumbuhan yang manfaatnya  belum diketahui (Soerjani, 1974).
  Ada dua kelompok pengertian gulma:

Ø  Bersifat subyektif (berdasarkan kepentingan manusia / Anthroposentris)
à Gulma adalah:
v  Tumbuhan yang salah tempat.
v  Tumbuhan yang tidak diinginkan.
v  Tumbuhan yang tidak dikehendaki.
v  Tumbuhan yang tidak diusahakan.
v  Tumbuhan yang merugikan.
v  Tumbuhan tidak sedap dipandang mata.
v  Tumbuhan yang mempunyai nilai negatif
        lebih besar daripada nilai positifnya.
v  Tumbuhan yang belum diketahui  manfaatnya.

Ø  Bersifat Umum
Gulma adalah tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menim bulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia. Kaitan dengan budidaya tana man.Gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya dapat menimbulkan gangguan  dan kerusakan bagi tanaman budidaya maupun aktivitas manusia dalam mengelola usahataninya (Kastono, 2004).




2.2  Klasifikasi Gulma           :
A. Klasifikasi Gulma             :

v   Berdasar sifat morfologi & respon terhadap herbisida:
  a. Grasses (Rumputan): Famili  Gramineae
  b. Sedges (Tekian): Famili  Cyperaceae
  c. Broadleaf Weeds (Daun  Lebar): Selain Rumputan &  Tekian
  d. Fern (Pakisan): berasal dari  keluarga pakisan/paku-pakuan
Persamaan Grasses dengan Sedges:
    a. termasuk tumbuhan  monokotil,
    b. akar serabut, batang tidak  bercabang,
    c. titik tumbuh tidak selalu  muncul (kelihatan),
    d. daun berbentuk pita atau  garis. 
v   Berdasarkan Daur Hidup (Umur)
   a. Annual Weeds (Gulma semusim)
         Ciri-ciri:
Umur < 1 tahun, organ  perbanyakannya biji, umumnya  mati setelah biji masak, produksi  biji melimpah à regenerasi
Contoh: Eleusine indica, Cyperus iria,  Phyllanthus niruri, dsb.

   b. Biennial Weeds ( Gulma dwimusim)
         Ciri-ciri:
Umur 1-2 tahun, tahun pertama membentuk organ vegetatif dan tahun kedua menghasilkan biji.
Contoh: Typhonium trilobatum dan Cyperus difformis. 

   c. Perennial Weeds (Gulma tahunan)
         Ciri-ciri:
Umur > 2 tahun, perbanyakan vegetatif dan atau generatif, organ vegetatif bersifat dominansi apikal à cenderung tumbuh pada ujung, bila organ vegetatif terpotong-potong semua tunasnya mampu tumbuh
Contoh: Imperata cyllindrica, Chromolaena odorata, dan Cyperus rotundus.


v   Berdasarkan Habitat
    a. Terrestrial Weeds (Gulma darat)
          Ciri-ciri:
Tumbuh di lahan kering dan tidak tahan  genangan air.
 Contoh: Axonopus compressus, Ageratum conyzoides,  dan Cyperus rotundus.
     b. Aquatic Weeds (Gulma air)
          Ciri-Ciri:
 Sebagian / seluruh daur hidupnya di air,  umumnya bila kekeringan mati.
 Contoh:  Pistia stratiotes (Floating Weeds),  Monochoria vaginalis (Emergent Weeds),  Ceratophyllum demersum (Submergent  Weeds), dam Polygonum piperoides
(Marginal Weeds).
      c. Areal Weeds (Gulmamenumpang pada tanaman)
           Ciri-ciri
Tumbuhnya selalu menempel/menumpang pada tanaman lainnya dan biasanya mengganggu.
Contoh: Drymoglossum heterophyllum (Epifit), Loranthus pentandrus (Hemiparait), dan Cuscuta campestris (Hiperparasit).
v   Berdasarkan Tipe/Cara Tumbuhnya
   a. Erect / tumbuh tegak:  Boerhavia erecta
   b. Creeping / tumbuh menjalar:
         Paspalum conjugatum
   c. Climbing / memanjat:
         Meremia hirta
v  Berdasarkan Struktur Batang
   a. Herba/tidak berkayu:  Panicum repens
   b. Vines/Sedikit berkayu:  Mikania micrantha
   c. Woody Weeds/berkayu:
 Cara Penyebaran Gulma

1. Autochory:
   Letusan/ledakan buah: Euphorbia geniculata dan Impatien balsamina.
   Polong tua pecah: Calopogonium mucunoides, Crotalaria incana, C. retusa (Leguminoceae)
2. Anemochory:
   Biji dilengkapi kabu-kabu atau parasut: Imperata cyllindrica, Chromolaena odorata, Erectites valerianifolia, Erigeron sumatrensis
3. Hydrochory:
   Biji tipis dan ringan: Limnocharis flava
   Fragmentasi batang: Salvinia molesta dan Pistia stratiotes
4. Ornithochory:
   Daging buah manis dan lekat: Loranthus pentapetales dan Ficus benghalensis
5. Zoochory:
   Endozoochory: biji tidak bisa dicerna à Paspalum conjugatum, Hypericum perforatum, dan Cynodon dactylon
   Extozoochory: biji ada alat pengait à Andropogon aciculatus, Tryumfetta laputa, dan Desmodium heterophyllum
6. Anthropochory:
   Kesengajaan manusia: Lantana camara, Eichhornia crassipes, Salvinia molesta, dan Mimosa invisa
   Biji ada alat pengait: Stachytarfetta indica

2.3 Jenis-Jenis Gulma Pada Tanaman Kedelai
            Kerugian yang timbul akibat gulma relatif besar, ialah adanya penurunan hasil kedelai hingga sebesar 19-53% (Erida dan Hasanuddin, 1996) dan bahkan penurunan hasil dapat mencapai 80% (Moenandir, 1985).  Hal ini terjadi sebagai akibat  adanya kompetisi cahaya, air, unsur hara dan ruang tumbuh  antara gulma dan kedelai, dan gulma dapat juga sebagai inang hama penyakit (Sastroutomo, 1990; Moenandir, 1993). Beberapa jenis gulma penting pada budidaya kedelai setelah padi ialah Eleusine indica, Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, dan  Portulaca oleraceae.




           


Jenis-Jenis Gulma Pada Tanaman Kedelai            :

No
Spesies Gulma
Golongan
1.
Pistia stratiotes  ( Kayu apu )
Daun lebar
2.
Portulaca oleraceae  ( Krokot )
Daun lebar
3.
Salvinia molesta  ( Jukut cai )
Daun lebar
4.
Marsilea crenata  ( Semanggi )
Daun lebar
5.
Ageratum conyzoides ( Babadotan )
Daun lebar
6.
Echinochloa colona  ( Tuton )
Daun sempit
7.
           Cynodon dactylon  ( Grinting )
Daun sempit
8.
Echinochloa crus-galli ( Jajagoan )
Daun sempit
9.
Oryza sativa  ( singgang )
Daun sempit
10.
Pasphalum distichum  ( kakawatan )
Daun sempit
11.

Cyperus rotundus (teki)

Teki












BAB III
TEKNIK PENGENDALIAN

Adapun cara pengendalian gulma pada tanaman kedelai meliputi :

v  Pengendalian dengan upaya preventif (pembuatan peraturan perundangan,
v  karantina, sanitasi, dan peniadaan sumber invasi).
v  Pengendalian secara mekanis/fisik (pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan, pembakaran, dan penggenangan.
v  Pengendalian secara kultur teknis (penggunaan jenis unggul terhadap gulma, pemilihan saat tanam, cara tanam perapatan jarak tanam, tanaman sela, rotasi tanaman dan penggunaan mulsa.
v  Pengendalian secara hayati (pengadaan musuh alami, manipulasi musuh alami dan pengelolaan musuh alami yang ada disuatu daerah).
v  Pengendalian secara kimiawi (Herbisida dengan berbagai formulasi, surfaktan, alat aplikasi dsb).
v  Pengendalian dengan upaya memanfaatkannya (untuk berbagai keperluan seperti sayur, bumbu, bahan obat, penyegar, bahan kertas/karton, biogas, pupuk, bahan kerajinan dan makanan ternak).















BAB  IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu kendala serius dalam budidaya kedelai, terutama dalam skala besar,
adalah sulitnya pengendalian gulma. Karena sifat pertumbuhannya yang relatif
lambat, tanaman kedelai kurang dapat bersaing dengan gulma, sehingga lahan harus
bebas dari gulma dalam waktu yang lama setelah tanam, agar tidak terjadi kehilangan
hasil.
Gulma yang terdapat pada tanaman kedelai meliputi, gulma rumput-ruputan, gulma teki-tekian dan gulma berdaun lebar. Contohnya seperti, Pistia stratiotes  (Kayu apu), Portulaca oleraceae (Krokot),  Salvinia molesta (Jukut cai), Marsilea crenata (Semanggi), Ageratum conyzoides (Babadotan), Echinochloa colona (Tuton),Cynodon dactylon (Griting), Echinochola crus-galli (Jajagoan).dll
Dan cara pengendalian gulma pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan cara Preventif, mekanik, kultur teknis, biologi, dan kimia (Herbisida).        

                                                                                                        
3. 2 Saran

          Adapun kekurangan dari makalah ini, baik dalam penulisannya maupun dari isinya mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari bapak untuk menyempurnakan makalah kelompok kami ini.








                                                                                                                          

DAFTAR PUSTAKA

Trubus. 1992. Sampai Tahun 2000 Prospek Jagung  Manis Masih Baik. Trubus                     
             XIII (274): 52-53. Dad Resiworo J.S. 1992
.
Effendi, S. 1977. Bercocok Tanam Jagung. CV.  Yasaguna, Jakarta. 95 hal
             Klingman, G.C. 1965. Crop Production in the South.  John Willey and Sons,
             Inc. London. pp. 350-360.

Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4th Ed. Wadsworth Publishing
              Company Bellmount,  California. 681 hal. Sarief, E. S. 1989

http://dx doi org/10.1016/j.croppro.2005.09.006 diakses tanggal 8 juni 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar