Total Tayangan Halaman

Sabtu, 14 Januari 2012

APLIKASI MIKORIZA, PUPUK FOSFAT DAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI TANAH ANDISOL


APLIKASI MIKORIZA, PUPUK FOSFAT DAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI TANAH ANDISOL
Application of Mycorrhiza, Phosphate and Growth Regulator  on Yield of  Chili (Capsicum annum) Planted on Andic Soil

BAIQ AZIZAH HARYANTINI
Dosen Jurusan Budidaya Pertanioan,  Fakultas Pertanian, Universitas 45 Mataram

MUDJI SANTOSO
Dosen Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.


ABSTRAK

Produktivitas rata-rata cabai merah di Jawa Timur 3,2 ton/ha. Produktivitas ini tergolong masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan produksi.  Pengembangan tanaman cabai dapat dilakukan  di dataran tinggi yang didominasi oleh tanah Andisol.  Permasalahan  Andisol adalah  fosfor  tersedia yang rendah karena bahan amorfnya yang sangat kuat memfiksasi P sehingga tidak tersedia bagi tanaman.  Salah satu upaya peningkatan P tersedia adalah dengan pemberian mikoriza untuk membantu tanaman menyerap P.  Ketersediaan P yang meningkat dapat menstimulir jumlah bunga dan buah tanaman cabai, tetapi tanaman cabai sangat rentan terhadap keguguran bunga dan buah sehingga perlu perlakuan bahan kimia untuk mempertahankan jumlah bunga dan buah supaya tidak  terjadi kerontokkan  seperti aplikasi  zat pengatur tumbuh.
Percobaan pot ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza  terhadap ketersediaan P pada Andisol dan pengaruh zat pengatur tumbuh untuk mencegah kerontokkan bunga dan buah.  Perlakuan mikoriza terdiri dari tanpa pemberian mikoriza dan pemberian mikoriza Gigaspora margarita.  Perlakuan penyediaan Fosfor terdiri dari tanpa pupuk P, Pupuk SP-36 dan pupuk daun Vitabloom Spesial, serta perlakuan zat pengatur tumbuh yang terdiri dari tanpa penyemprotan dan penyemprotan GA3.  Percobaan disusun dalam rancangan Acak Lengkap faktorial yang diulang tiga kali.
Pertumbuhan cabai merah yang diberikan mikoriza lebih baik dibandingkan dengan tanpa perlakuan mikoriza pada parameter tinggi tanaman, luas daun, berat kering tajuk dan fruitset.  Interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 meningkatkan serapan P jaringan dan fruitset, hal ini disebabkan karena peningkatan P tersedia oleh mikoriza, terbukti dengan meningkatnya P tersedia di Andisol dari 11,38 mg.kg.-1 (rendah) pada analisa awal dan 71.67 mg.kg.-1  (tinggi) pada analisa akhir.  Pupuk SP-36 meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah dibandingkan dengan tanpa pupuk P dan Vitabloom Spesial yaitu pada parameter tinggi tanaman, luas daun, berat kering total, fruitset, persentase keguguran bunga, keguguran buah.  Berat buah paling tinggi dihasilkan  pada perlakuan  SP-36 yaitu 96.424 gram/pohon.   Interaksi antara perlakuan pupuk SP-36 dan zat pengatur tumbuh [1]GA3 memiliki persentase keguguran bunga paling rendah.  Perlakuan GA3 yang diberikan pada tanaman cabai merah dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga hingga 16 % dan menurunkan tingkat kerontokan buah hingga 5 % dibandingkan tanpa penyemprotan GA3.

Kata kunci: mikoriza, cabe merah, andisol

ABSTRACT


East Java still has low production of chili by average production  is 3.2 ton/ha, many efforts are needed to increasing chili production.  The improvement of chili agronomy to increasing production could extend from the low land until the higland, which dominated with andic soil.  The problem is andic soil has the high content of amorf which adsorb the phosphate. Phosphate uptake can be done by the symbiotic between the mycorrhiza and plant root, which are able to absorp phosphate from the soil.  The sufficient amount of phosphate can stimulate flowering.  Besides, to reduce the flowers drop and fruits drop by the application of chemical treatment like the plant growth regulator.
A greenhouse experiment was conducted at  the greenhouse of Agriculture Faculty of Brawijaya University started from February – August 2000. In order is to study the effect of mycorrhiza application to the phosphor availability in the andepth soil and the effect of growth regulation in holding the flowers  and fruits.  Mycorrhiza treatment consist of two treatments, without mycorrhiza application and with the mycorrhiza Gigaspora margarita application.  The phosphor treatment consist of without phosphor fertilizer, SP-36, Foliar fertilizer (Vitabloom Special) and teratment growth regulation consist of without growth regulation application and the application of GA3. The experiment used Factorial Complete Randimized Design, each  combination treatment  had three replications.
The growth of chili with mycorrhiza has better growing than without mycorrhiza such as leaf area, shoot dry weight and the percentage of fruitset.  Combination treatment of mycorrhiza and SP-36 fertilizer was found in the uptake of phosphate, growth and production of chili.  It is proved by the increasing of  phosphor during the first analyses from 11.38 mg.kg-1 (low) increase up to 71.67 mg.kg-1 (high).  SP-36 application generally gives the better result compare with other treatment without phosphor fertilizer and Vitabloom special, specially on parameters leaf area, total dry weight, fruitset, flowers drop percentage and fruits drop percentage.  The higest fruit volume produced by the plants with SP-36 treatment thet are 96.42 g per plant.  Combination of SP-36 and application of GA3 can reduce the flowers drop until 16 % and also reduce the fruits drop up to 5 % compare with the treatment without GA3.

Keywords: mycorrhiza, chili, andic soil



PENDAHULUAN

Cabai merah  (Capsicum annum)  merupakan tanaman hortikultura yang cukup penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan.  Kebutuhan cabai merah dari tahun ke tahun semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, namun produksi cabai masih belum mencukupi.
Hal ini terbukti dengan masih rendahnya  produksi rata-rata per hektar.  Produksi rata-rata per hektar di Jawa Timur 3,52 ton dengan kisaran antara 1,85 – 6,84 ton/ha pada tahun 1993 (Sujatmoko, 1990 dalam Kusumainderawati, 1996). Peningkatan produksi masih  dimungkinkan dengan jalan perbaikan tekhnik pengelolaan tanaman.
Cabai merah tumbuh baik di dataran rendah sampai 1500 m dpl., hal ini memungkinkan pengembangan  daerah penanaman cabai merah di daerah-daerah pegunungan yang didominasi Andisol. Andisol memiliki kandungan hara tinggi tetapi  tidak tersedia bagi tanaman,  terutama untuk  hara fosfor yang terikat pada Andisol karena memiliki kandungan bahan amorf (allofan) dan mempunyai kemampuan tinggi dalam memfiksasi fosfor  yang ditambahkan ke dalam tanah, sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Sanchez,  1992).
Usaha untuk meningkatkan penye-rapan fosfor  dapat dilakukan melalui simbiosis antara tanaman dengan jamur mikoriza.  Hypa jamur mikoriza berperan dalam meningkatkan pengambilan P dengan cara memperluas daerah penye-rapan dari sistem perakaran tanaman, sehingga dapat dimanfaatkan  untuk menambang kembali residu P yang menumpuk di dalam tanah (Agustina,  Bachrein,  Rauf, Soenatiningsih dan Suarni, 1997).
Masalah lain pada tanaman cabai  adalah rentannya tanaman cabai tersebut terhadap terjadinya pengguguran bunga dan buah.  Hal ini dapat menyebabkan penurunan produksi yang cukup serius (Kang, 1989 dan Enril, 1989 dalam Koesriharti,  Maghfoer, Islami, Respatijati dan Aini, 1999),  salah satu usaha untuk mengatasi pengaruh kondisi tersebut agar terjadinya pembungaan, pembentukkan buah dan hasil cabai yang tinggi yaitu dengan pemberian zat pengatur tumbuh (Sumiati, 1996).
Berdasarkan pertimbangan tersebut dirasakan perlu untuk melakukan penelitian mengenai pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah pada Andisol yang diberi mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil cabai merah  pada Andisol yang diperlakukan dengan mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh,  untuk mengetahui penyediaan hara P bagi tanaman akibat perlakuan  mikoriza, pupuk fosfor  dan zat pengatur tumbuh  pada Andisol,  dan untuk mengkaji pengaruh  mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh atau interaksinya terhadap keguguran buah dan produksi buah cabai merah.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca milik Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang  dilaksanakan pada bulan Februari sampai  Agustus 2000. Beberapa analisis tanah awal dan akhir, analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan pemeriksaan jumlah spora dan pengamatan infeksi akar dilakukan di Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini berupa : Bibit cabai varietas Hot Beauty, tanah andisol,  Pupuk SP-36 (36% P2O5) sebagai sumber P, Pupuk Daun Vitabloom Spesial, inokulum spora  mikoriza, formalin 10 %.
Alat yang digunakan dalam penelitian : timbangan , pengukur luas daun (leaf area meter), oven, sprayer dan meteran.  Alat pengecatan akar dengan metode Clearing dan Staining (Koramik dan McGraw, 1982), terdiri dari : cawan petri, gelas piala dan kompor listrik.  Alat untuk analisa serapan P terdiri dari  oven, labu destruksi, blender, gelas ukur dan spektrofotometer, polybag.  Alat untuk  pengamatan infeksi akar tanaman terdiri dari cawan petri dan mikroskop binokuler.
Percobaan  disusun secara faktorial dengan  Rancangan Acak Lengkap (RAL) diulang tiga kali.  Faktor pertama adalah    perlakuan mikoriza (M), terdiri dari :  M0     =  Tanpa mikoriza,  M1 = Dengan mikoriza inokulum campuran Gigaspora margarita  5 g/tanaman (5 spora/g campuran). Faktor kedua :  Penyediaan Fosfor (P), terdiri dari :  P0  =   Tanpa pupuk P;  P1 = Pupuk P (SP-36) 125 kg P2O5/ha ; P2 =  Pupuk Daun  (Vitabloom Spesial)   4 g/L dan Faktor ketiga  : Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Z), terdiri dari:  Zo =   Tanpa Penyem-protan; Z1  =   Dengan Penyemprotan GA3 100 ppm.                     
Tanah yang digunakan adalah Andisol yang diperoleh dari daerah Ngajum Kepanjen sebanyak  4 m kubik (hanya diambil dari lapisan olah sedalam 20 cm).  Sebelum dimasukkan ke dalam polybag tanah dikeringkan dan dihaluskan. Tanah disterilkan dengan formalin 10 % untuk mencegah kontaminasi mikro-organisme tanah selain mikoriza.  Setelah itu tanah yang dihaluskan ke dalam polybag dengan berat 10 kg tiap polybag.  Media tanam  yang telah disterilkan diperlakukan sesuai dengan perlakuan.  Bibit cabai yang telah siap di tanam  pada  media. Penanaman dilakukan serentak pada semua perlakuan.
Inokulum mikoriza yang digunakan adalah inokulum campuran tanah terinfeksi mikoriza yang  diberikan pada saat persemaian bibit cabai dengan cara mem-berikan inokulum pada media pembibitan sebanyak 5 gram tiap tanaman, dimana kandungan mikorizanya sebanyak  5 spora/gram campuran. Mikoriza yang digu-nakan adalah jenis Gigasfora margarita.
Sumber  pupuk P yang digunakan adalah SP-36 (dengan kandungan 36 % P2O5) diberikan pada media tanam dengan dosis standar yaitu 125 kg P2O5/ha atau 6,12 g/ pot.  Sedangkan vitabloom diperlakukan  dengan konsentrasi  4 g/l.
Pemberian zat pengatur tumbuh  dilakukan dengan cara penyemprotan ke seluruh permukaan tanaman masing-masing sebanyak 20 ml.  Zat pengatur tumbuh yang diberikan yaitu GA3 100 ppm atau 0,01 g GA3/l diberikan 2 kali, yaitu pada saat terbentuk kuncup bunga (30 hari setelah tanam) dan setelah tanaman berbuah muda (50 hari setelah tanam).
Perlindungan tanaman dari serangan hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Azodrin 50 EC 2 cc/L, dan untuk mencegah penyakit dilakukan penyemprotan dengan  fungisida Dithane M-45  2 g/L.
Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan analisis tanah sebelum tanam meliputi : Kandungan bahan organik, pH tanah,  kandungan P tanah.
Variabel yang diamati  pada penelitian ini meliputi : infeksi  Mikoriza dengan  metode Clairing dan Staining (Koramik dan McGraw, 1982), Serapan  P pada  pucuk (umur 65 hari), pertumbuhan dan hasil  tanaman meliputi : umur saat mulai berbunga,  persentase bunga menjadi buah, tinggi tanaman, luas daun dengan Leaf Area Meter (LAM) , berat kering akar per tanaman, berat kering  bagian atas per tanaman, berat kering total per tanaman, berat buah tiap tanaman jumlah buah tiap tanaman sampel.
Data-data yang diperoleh dianalisis  dengan analisis ragam dan diteruskan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan mikoriza vesikula arbuskula yaitu jenis Gigaspora margarita memberikan pengaruh pada beberapa komponen pertumbuhan tanaman cabai merah dibanding tanpa perlakuan mikoriza, yang terlihat pada parameter luas daun, berat kering tajuk dan persentase bunga jadi buah (Fruitset).  Kombinasi antara mikoriza dan perlakuan fosfor juga nyata pada kadar serapan hara P jaringan tanaman dan persentase bunga jadi buah (fruitset).
Peningkatan komponen-komponen pertumbuhan tanaman cabai oleh perlakuan mikoriza tersebut disebabkan oleh serapan hara.  Peningkatan serapan hara oleh akar dibantu dengan adanya mikoriza VA karena mikoriza VA mampu membantu meningkatkan serapan hara P dengan adanya hifa eksternal sehingga luas serapan meningkat yang mengakibatkan serapan P oleh tanaman juga meningkat.   Pada Andisol yang dijadikan media tanam pada penelitian ini memiliki kadar P tersedia yang sangat rendah, sehingga kombinasi antara mikoriza dan pemberian pupuk SP-36 yang memiliki kadar P tinggi sangat nyata mempengaruhi serapan hara P jaringan tanaman dibandingkan dengan tanaman yang tidak diperlakukan mikoriza (Tabel 1),  hal ini juga didukung oleh grafik hubungan antara infeksi mikoriza dan kandungan P jaringan (gambar 1) dimana hubungannya terlihat bahwa makin tinggi infeksi mikoriza maka makin tinggi  kadar P yang terdapat di jaringan tanaman.



 















Gambar 1. Hubungan antara Persentase Infeksi akar oleh mikoriza dan kandungan P jaringan Daun

Tabel 1.  Pdaun Tanaman Cabai Merah Pada Kombinasi Perlakuan Mikoriza + Pupuk Fosfor  & Pupuk Fosfor +ZPT

Perlakuan
Kadar P daun  (%)
(-)Mikoriza  Tanpa P
                    Pupuk SP-36
                    Vitabloom
(+)Mikoriza  Tanpa P
                    Pupuk SP-36
                    Vitabloom
0.206 d
0.270 c
0.301 ab
0.167 e
0.312 a
0.290 b
(-)Mikoriza   Tanpa P
                     Pupuk Sp-36
                     Vitabloom
(+)Mikoriza   Tanpa P
                     Pupuk SP-36
                     Vitabloom
0.201 c
0.252 b
0.343 a
0.236 b
0.330 a
0.248 b
Keterangan : Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berjangka.


Tingginya persentase kandungan P daun tanaman sangat dimungkinkan karena adanya peranan jamur mikoriza VA, terutama pada tanah yang miskin fosfor, telah dilaporkan bahwa sumbangan mikoriza pada peningkatan pertumbuhan tanaman sangat bergantung pada atas tersedianya P dalam  tanah (Hayman, 1983 ; Baon, 1994).   Hal ini diduga karena jamur mikoriza VA mampu menghasilkan enzim asam fosfatase yang mampu mengkatalisis  hidrolisis kompleks fosfor yang tidak tersedia menjadi fosfor yang larut dan tersedia.  Selanjutnya fosfor ini diserap oleh hifa-hifa eksterna dan dipindahkan ke dalam jaringan tanaman (Carling dan Brown, 1980; Manjunath et al., 1989 dalam Sastrahidayat, 1995).
Luas daun tanaman pada umur  8 dan 12 mst lebih tinggi pada tanaman yang bermikoriza dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza (gambar 2).  Hal ini menunjukkan kemampuan mikoriza membantu tanaman untuk meningkatkan serapan hara karena menurut Satrahidayat (1999) meningkatnya penyerapan P tentunya akan diikuti oleh peningkatan penyerapan unsur-unsur lain. Ini dapat dipahami karena P akan membentuk ATP (Adenosin Triphospat) yang sangat berguna untuk penyerapan hara mineral. 
Luas daun yang lebih baik pada tanaman yang terinfeksi mikoriza lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tidak bermikoriza  menambah kemampuan tanaman untuk berfotosintesa yang lebih optimal, hal ini dapat dijelaskan karena lebih luasnya permukaan tanaman menerima cahaya matahari sebagai sumber energi utama dalam proses fotosintesis, dengan demikian hasil  fotosintesis yang tertimbun berupa bobot kering tanaman pada tanaman yang terinfeksi mikoriza juga lebih besar yang ditunjukkan dengan berat kering tajuk yang lebih besar .
Perlakuan pupuk Fosfor berpengaruh pada pertumbuhan maupun hasil tanaman cabai merah.  Pada perlakuan pupuk phospor terlihat bahwa pemberian pupuk SP-36 secara umum memberi pengaruh paling baik dibandingkan perlakuan tanpa pupuk dan vitabloom spesial, hal ini berhubungan erat dengan rendahnya kandungan P tersedia pada  andisol yang dijadikan media tanam.  Dengan ditambahnya pupuk fosfor ke dalam tanah respon hasil tanaman terlihat nyata, sedangkan pemberian pupuk fosfor melalui daun (vitabloom spesial ) belum dapat memberikan hasil yang diinginkan, karena hasilnya secara statistik pada beberapa parameter  tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk Fosfor.  


 













Gambar 2. Luas daun tanaman cabai merah  pada perlakuan mikoriza

Tabel 2. Berat Kering Tajuk Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza dan Pupuk Fosfor

Perlakuan
BK Tajuk  (g)
…mst…
8                                12                    16
Tanpa P
Pupuk SP-36
Vitabloom
0.405 b                      1.2 b                3.363 b
3.755 a                    11.83 a            22.353 a
0.218 b                     2.45 b              3.199 b

(-)Mikoriza
(+)Mikoriza

0.876  b                   3.79 b                9.09 b
2.042 a                    6.53 a              10.187 b
Keterangan : Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.


Hal ini menunjukkan bahwa tanaman    cabai  merah yang ditanam pada Andisol untuk pertumbuhan vegetatifnya  masih  sangat   membutuhkan   fosfor,   karena  Andisol pada kondisi awal  kandungan P yaitu sebesar 11.38 mg.kg.-1 adalah termasuk rendah, sehingga penambahan P  dengan pupuk SP-36 ini dapat memenuhi kebutuhan tanaman dibandingkan dengan pemberian pupuk daun yang memiliki kadar P tinggi belum mampu menstimulir pertumbuhan sebaik pupuk anorganik melalui tanah.  
Berat kering total tanaman yang diberikan  pupuk SP-36 paling tinggi pada semua umur pengamatan. Hal ini me-nunjukkan bahwa unsur P yang diberikan melalui pupuk ini dapat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman cabai merah,  karena fosfor berfungsi pada berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme karbohidrat,  lemak dan protein yang dapat menunjang pertumbuhan yang ditandai dengan peningkatan berat kering total tanaman.
Unsur Fosfor (P) seperti halnya nitrogen, berkaitan erat dengan penyu-sunan bagian penting tanaman seperti asam nukleat pada inti sel .   Maka apabila terjadi  defisiensi fosfor berakibat pada penurunan pertumbuhan secara drastis.  Unsur fosfor berfungsi pada berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.  Senyawa fosforilasi bertindak sebagai intermedier, menyimpan dan penyedia energi reaksi-reaksi khusus seperti pada respirasi dan fermentasi (Soepardi, 1983).           Fosfor merupakan unsur yang paling kritis dibandingkan unsur-unsur lainnya bagi tanaman.  Kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap unsur lainnya, meskipun jumlah unsur fosfor yang diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan fosfor dari pupuk  sangat penting (Tisdale dan Nelson, 1975 dalam Rosliani, 1997).
Sejalan dengan pertumbuhan vegetatif tanaman yang memiliki tinggi tanaman dan bobot kering tanaman yang relatif tinggi cendrung menghasilkan buah cabai yang lebih tinggi pula (Rosliani, 1997).  Karenanya pada tanaman yang diberikan pupuk SP-36 memiliki umur berbunga yang paling rendah atau paling awal terbentuknya bunga dibandingkan dengan  tanpa pemberian pupuk P dan  perlakuan vitabloom spesial.


Tabel 3. Umur berbunga dan Bobot Buah Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza, Pupuk Fosfor dan ZPT

Perlakuan
Umur Berbunga       Bobot Buah
( hst)                      (g)
(-)Mikoriza
(+)Mikoriza
41.44                           1.577
38.867                        38.492
Tanpa P
Pupuk SP-36
Vitabloom 
46.667 a                        6.978 b
30.25 b                        96.424 a
44.833 a                       20.548 b
(-) GA3
(+)GA3
44.44 a                         39.178
36.722 b                       43.454
Keterangan:    hst : hari setelah tanam. Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.                                                                   
               

Adanya unsur P dapat menstimulir terbentuknya bunga dan buah yang dapat mendorong terbentuknya bunga dan buah yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan zat pengatur tumbuh GA3 yang diberikan pada cabai merah pada penelitian ini dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga hingga 16 % dan tanaman yang tidak diberikan GA3 dan dapat menurunkan tingkat kerontokkan buah hingga 5 %.  GA3  dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga dan buah sehingga hasil buah pertanaman dapat meningkat (Koesriharti, 1999).



Tabel 4. Rata-rata Fruitset, Persentase Keguguran Bunga, Persentase Keguguran Buah Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza, pupuk P dan ZPT

Perlakuan
Fruitset
(%)
Keguguran
Bunga  (%)
Keguguran
Buah (%)
(-) Mikoriza
(+) Mikoriza
41.72  a
34.489 b


Tanpa  P
Pupuk SP-36
Vitabloom
31.775 c
37.958 b
43.608 a
39.125 b
25.775 c
50.316 a
36.416 b
7.116 c
46.167 a
(-) GA3
(+) GA3
39.738 a
35.822 b
46.067  a
30.744  b
32.188 a
27.611 b
Keterangan :  Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5 %

 




 












Gambar 3. Persentase Keguguran bunga dan Buah tanaman  cabai merah pada perlakuan zat pengatur tumbuh       
               


Semakin tinggi kadar P pada tanaman maka semakin rendah umur berbunga,  yang berarti dengan adanya P yang tinggi pada jaringan tanaman akan dapat mempercepat pembungaan.  Pupuk SP-36 yang diberikan  adalah bentuk yang siap digunakan oleh tanaman, karena  skala kandungan 36 %  P2O5 dalam pupuk SP-36 hampir seluruhnya larut dalam air dengan cepat sehingga unsur hara P mudah diserap oleh tanaman (Kahar, 1994). 
Pada Andisol karena kandungan alofannya memiliki daya serap P yang sangat tinggi, mengakibatkan hara P yang diberikan melalui pemupukan hanya sebagian kecil tersedia bagi tanaman yang menjurus pada penurunan efisiensi pemupukan, semakin banyak menggunakan pupuk P untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan tanah akan unsur hara tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan P di dalam tanah (Baon, 1998).
Pengaruh mikoriza yang diberikan tidak terlihat dominan dalam mening-katkan penyediaan fosfor pada tanah, tetapi apabila dilihat dari analisa awal dan analisa akhir tanah menunjukkan bahwa pada analisa awal tanah fosofr yang tersedia di tanah sangat rendah, tetapi pada perlakuan mikoriza yang dikombinasikan dengan pemebrian pupuk fosfor terlihat adanya peningkatan P tersedia, hal ini mem-buktikan bahwa mikoriza berperan dalam mengefisiensikan pemupukan fosfor yang diberikan pada Andisol, karena fiksasi fosfor yang kuat oleh allofan pada Andisol mengakibatkan hanya 10 % dari fosfor total yang ditambahkan yang dapat tersedia bagi tanaman (Tan & Shuylenborg, 1980 dalam Nihayati, 1989).
 Selanjutnya Sanchez (1992) mene-rangkan bahwa kandungan bahan amorf (allofan) pada Andisol cukup besar dan mempunyai kemampuan tinggi dalam memfiksasi fosfor yang ditambahkan ke dalam tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman.  Tetapi pada penelitian ini, dimana pemberian pupuk SP-36 yang dikombinasikan dengan pemberian miko-riza ternyata meningkatkan penyerapan P yang cukup nyata, ditandai dengan hubungan antara kandungan P  pada jaringan dan infeksi mikoriza positif, artinya semakin tinggi infeksi mikoriza maka semakin tinggi kemampuan tanaman untuk menyerap P dari tanah ke jaringan tanaman dan P tersedia di Andisol juga meningkat pada analisa akhir yaitu sebesar 71.67 mg.kg.-1   (tinggi).


Tabel 5. Analisa Awal Sifat Kimia Andisol, Ngajum (Kawi)

Sifat Yang Dianalisa
Hasil Analisa

1.      pH (H2O)
2.      pH (KCl 1 N)
3.      C-organik
4.      N total
5.      C/N
6.      P(Olsen)(mg.kg-1)
7.      K(me/100 g)
8.      Na (me/100 g)
9.      Ca (me/100 g)
10.    Mg (me/100 g)
11.   KTK (me/100 g)
12.   Basa (me/100 g)
13.   KB(%)
14.   Tekstur
-                     Pasir (%)
-                     Debu (%)
-                     Liat (%)
K l a s

6.3           (sedang)
5.3           (sedang)
3.03 (tinggi)
0.29 (sedang)
11             (sedang)
11.38     (rendah)
0.19         (rendah)
0.28        (rendah)
3.76        (rendah)
0.68        (rendah)
30.47 (tinggi)
4.91
16

41
50
9
Lempung
Analisa dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah  FAPERTA UNIBRAW, Malang.

Tabel 6. Kandungan P Tersedia Akhir Pada Andisol (Terhadap KO 105 0C. P Olsen)

Perlakuan
P Tersedia (mg.kg-1)

(-) Mikoriza  Tanpa P (-)GA3
                                 (+)GA3
                     SP-36    (-)GA3
                                 (+)GA3
              Vitabloom    (-)GA3
                                 (+)GA3

(+)Mikoriza  Tanpa P (-)GA3
                                 (+)GA3
                      SP-36  (-)GA3
                                 (+)GA3
                 Vitabloom (-)GA3
                                 (+)GA3

4.06 (rendah)
4.83 (rendah)
31.52 (tinggi)
37.45 (tinggi)
5.25 (rendah)
5.67 (rendah)

6.09 (rendah)
5.55 (rendah)
60.69 (tinggi)
71.67 (tinggi)
2.76 (rendah)
2.66 (rendah)
Analisa dilakukan  di Laboratorium Kimia FAPERTA UNIBRAW, Malang



KESIMPULAN  DAN SARAN


Kesimpulan
 Mikoriza dapat membantu penye-rapan Fosfor yang diberikan melalui pemupukan oleh Cabai Merah dan meningkatkan kada fosfor tersedia pada Andisol  dari 11.38 mg.kg-1 menjadi 71.67 mg.kg-1 yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman.  Pemberian pupuk Fosfor melalui tanah dapat meningkatkan  pertumbuhan dan hasil tanaman sedangkan melalui daun belum dapat  meningkatkan pertumbuhan dan hasil secara nyata.  Pemberian GA3 menghambat pengguguran bunga cabai merah sampai 16 % dan menghambat pengguguran buah sampai 5 % dibandingkan dengan tanpa pemberian GA3.

Saran

Untuk penanaman cabai merah sebaiknya benih yang digunakan sebelum tanam  diseleksi dan diperlakukan  untuk menghindari kontaminasi penyakit bawaan dari benih tersebut dapat berkembang.  Perlu diadakan percobaan lapang pada Andisol  untuk mengetahui pengaruh di lapang.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, B., S. Bachrein, M. Rauf, Soenatiningsih dan Suarni (1997)  Interaksi P dan Karbohidrat Terhadap Pembentukkan Kolonisasi  Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) Pada Tanaman Jagung.  Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 15. h 18 – 23.
Baon, J.B. (1996)  Biotekhnologi Mikoriza Pelestarian Sumber Daya Alam di Perkebunan Mitos, Kenyataan, Ilmiah dan Tantangannya.  Panitia Peringatan Setengah Abad.  Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.  Yogyakarta. 20 h.
Hayman, D.S.  (1982)  Influence of Soil and Fertility on Activity and  Survival of Vesikular-Arbuskular Mycorrhizal Fungi.  Phytopathology. p  72.
Kahar, A., (1994)  SP-36 Pupuk Fosfat Baru. Gema Pertrokimia Gersik 11 (3) : h 12 –19.
Koesriharti, M. Maghfoer, T. Islami, Respatijarti dan N. Aini, (1999)  Pengaruh Pemberian Ba + GA 3 + AVG Terhadap Kerontokan Buah Pada Empat Kultivar Tanaman Lombok Besar (Capsicum annuum L.).  Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Hayati (life Science). 11 ( 1 ) : 59 – 69.
Koesriharti, T. Islami dan Respatijarti (1999) Pengaruh Pemberian Ba, GA3 dan AVG Terhadap Hasil Buah  pada 4 Kultivar Tanaman Lombok Besar (Capsicum annum L.) . Agrivita 21 (1) : 5 – 9.
Koramik,  P.P dan A.C. McGraw (1982)  Quantification of VAM In Plant Roots : 45 –50  In  Method and Principles of  Mycorizhal Research (eds. N.C. Scenk)  The American Phytopathological Society.  St. Paul Minnesota.
Kusumainderawati, E.P., Yuniarti, Sar-wono, Dzamnuri, E. Sugiarti dan B.  Pikukuh.  (1995)  Introduksi dan Uji Adaptasi Varietas Cabai (Capsicum annuum L.).  Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian Karangploso.  h 182 – 193.
Lita, S., Koesriharti dan A. Zainudin, (1988)  Pengaruh Pemberian 2,4-D dan GA3 Terhadap Pembentukan Buah Tanpa Biji Pada Dua Varietas Lombok Besar (Capsicum annuum L.).  Agrivita  11 :  49 – 51.
Miller H.M., and P.T. McGonigle (1996)  Division S-4- Soil Fertility and Plant Nutrition.  Soil Science.  America Journal 60  p 1856 – 1861.
Mosse, Br.B., D.S. Hayman dan J. Arnold, (1973)  Plant Growth Responses To Vesicular Arbuscular Mycorrhiza.  Phosphate Uptake By Three Plant Species From P-Deficient Soils Labelled Whit  32P.  The New Phytologist, 72.  p 809 – 814.
Nihayati, E. (1989) Pengaruh Berbagai Penempatan Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Umbi Tanaman Bawang Putih (Allium sativum L.) Varietas Lumbu Hijau Pada Andosol Coban Rondo.  Thesis.  Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Program  KPK Universitas Brawijaya..
Rosliani, R. (1997) Pengaruh Pemupukan Dengan Pupuk Majemuk Makro Berbentuk Tablet Terhadap Per-tumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Hort. 7(3) : 773-780.
Sanchez, P.A. (1992) Sifat dan Penge-lolaan Tanah Tropical. ITB Ban-dung. 397 p.
Sastrahidayat, I.R. (1995)  Study Rekayasa Tekhnologi Pupuk Hayati Mikoriza.    Fakultas Pertanian.  Universitas Brawijaya. 104 h.
Sastrahidayat, Kusnul Wakidah dan Syekfani (1999)  Pengaruh Miko-riza Vesikula Arbuskula Terhadap Peningkatan Enzim Fosfatase, Beberapa Asam Organik dan Per-tumbuhan Kapas (Gossypium hir-sutum L.) Pada Vertisol dan Alfizol.  Agrivita 21 (1) :  10 – 19.
Sitompul, S.M., dan B. Guritno (1995)  Analisis Pertumbuhan Tanaman.  Gadjah Mada University Press.  412 h.

   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar