APLIKASI
MIKORIZA, PUPUK FOSFAT DAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI TANAH ANDISOL
Application of Mycorrhiza,
Phosphate and Growth Regulator on Yield
of Chili (Capsicum annum) Planted on Andic
Soil
BAIQ
AZIZAH HARYANTINI
Dosen Jurusan
Budidaya Pertanioan, Fakultas Pertanian,
Universitas 45 Mataram
MUDJI
SANTOSO
Dosen Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.
ABSTRAK
Produktivitas rata-rata cabai merah di Jawa
Timur 3,2 ton/ha. Produktivitas ini tergolong masih rendah sehingga perlu
dilakukan upaya peningkatan produksi. Pengembangan
tanaman cabai dapat dilakukan di dataran
tinggi yang didominasi oleh tanah Andisol.
Permasalahan Andisol adalah fosfor
tersedia yang rendah karena bahan amorfnya yang sangat kuat memfiksasi P
sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Salah satu upaya peningkatan P tersedia adalah dengan pemberian mikoriza
untuk membantu tanaman menyerap P.
Ketersediaan P yang meningkat dapat menstimulir jumlah bunga dan buah tanaman
cabai, tetapi tanaman cabai sangat rentan terhadap keguguran bunga dan buah
sehingga perlu perlakuan bahan kimia untuk mempertahankan jumlah bunga dan buah
supaya tidak terjadi kerontokkan seperti aplikasi zat pengatur tumbuh.
Percobaan pot
ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza terhadap ketersediaan P pada Andisol dan
pengaruh zat pengatur tumbuh untuk mencegah kerontokkan bunga dan buah. Perlakuan mikoriza terdiri dari tanpa
pemberian mikoriza dan pemberian mikoriza Gigaspora
margarita. Perlakuan penyediaan
Fosfor terdiri dari tanpa pupuk P, Pupuk SP-36 dan pupuk daun Vitabloom
Spesial, serta perlakuan zat pengatur tumbuh yang terdiri dari tanpa penyemprotan
dan penyemprotan GA3. Percobaan disusun
dalam rancangan Acak Lengkap faktorial yang diulang tiga kali.
Pertumbuhan
cabai merah yang diberikan mikoriza lebih baik dibandingkan dengan tanpa
perlakuan mikoriza pada parameter tinggi tanaman, luas daun, berat kering tajuk
dan fruitset. Interaksi mikoriza dan
pupuk SP-36 meningkatkan serapan P jaringan dan fruitset, hal ini disebabkan
karena peningkatan P tersedia oleh mikoriza, terbukti dengan meningkatnya P
tersedia di Andisol dari 11,38 mg.kg.-1 (rendah) pada analisa awal
dan 71.67 mg.kg.-1 (tinggi)
pada analisa akhir. Pupuk SP-36
meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah dibandingkan dengan tanpa pupuk
P dan Vitabloom Spesial yaitu pada parameter tinggi tanaman, luas daun, berat
kering total, fruitset, persentase keguguran bunga, keguguran buah. Berat buah paling tinggi dihasilkan pada perlakuan SP-36 yaitu 96.424 gram/pohon. Interaksi antara perlakuan pupuk SP-36 dan
zat pengatur tumbuh [1]GA3
memiliki persentase keguguran bunga paling rendah. Perlakuan GA3 yang diberikan pada
tanaman cabai merah dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga hingga 16 % dan
menurunkan tingkat kerontokan buah hingga 5 % dibandingkan tanpa penyemprotan
GA3.
Kata kunci:
mikoriza, cabe merah, andisol
ABSTRACT
A greenhouse
experiment was conducted at the
greenhouse of Agriculture Faculty of Brawijaya University started from February
– August 2000. In order is to study the effect of mycorrhiza application to the
phosphor availability in the andepth soil and the effect of growth regulation
in holding the flowers and fruits. Mycorrhiza treatment consist of two
treatments, without mycorrhiza application and with the mycorrhiza Gigaspora margarita application. The phosphor treatment consist of without
phosphor fertilizer, SP-36, Foliar fertilizer (Vitabloom Special) and teratment
growth regulation consist of without growth regulation application and the
application of GA3. The experiment used Factorial Complete
Randimized Design, each combination
treatment had three replications.
The growth of
chili with mycorrhiza has better growing than without mycorrhiza such as leaf
area, shoot dry weight and the percentage of fruitset. Combination treatment of mycorrhiza and SP-36
fertilizer was found in the uptake of phosphate, growth and production of
chili. It is proved by the increasing
of phosphor during the first analyses
from 11.38 mg.kg-1 (low) increase up to 71.67 mg.kg-1
(high). SP-36 application generally
gives the better result compare with other treatment without phosphor
fertilizer and Vitabloom special, specially on parameters leaf area, total dry
weight, fruitset, flowers drop percentage and fruits drop percentage. The higest fruit volume produced by the
plants with SP-36 treatment thet are 96.42 g per plant. Combination of SP-36 and application of GA3
can reduce the flowers drop until 16 % and also reduce the fruits drop up to 5
% compare with the treatment without GA3.
Keywords: mycorrhiza,
chili, andic soil
PENDAHULUAN
Cabai
merah (Capsicum annum) merupakan
tanaman hortikultura yang cukup penting di Indonesia karena merupakan salah
satu jenis sayuran buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kebutuhan cabai merah dari tahun ke tahun
semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, namun produksi
cabai masih belum mencukupi.
Hal ini
terbukti dengan masih rendahnya produksi
rata-rata per hektar. Produksi rata-rata
per hektar di Jawa Timur 3,52 ton dengan kisaran antara 1,85 – 6,84 ton/ha pada
tahun 1993 (Sujatmoko, 1990 dalam
Kusumainderawati, 1996). Peningkatan produksi masih dimungkinkan dengan jalan perbaikan tekhnik
pengelolaan tanaman.
Cabai merah
tumbuh baik di dataran rendah sampai 1500 m dpl., hal ini memungkinkan
pengembangan daerah penanaman cabai
merah di daerah-daerah pegunungan yang didominasi Andisol. Andisol memiliki
kandungan hara tinggi tetapi tidak
tersedia bagi tanaman, terutama
untuk hara fosfor yang terikat pada
Andisol karena memiliki kandungan bahan amorf (allofan) dan mempunyai kemampuan
tinggi dalam memfiksasi fosfor yang
ditambahkan ke dalam tanah, sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Sanchez, 1992).
Usaha untuk
meningkatkan penye-rapan fosfor dapat
dilakukan melalui simbiosis antara tanaman dengan jamur mikoriza. Hypa jamur mikoriza berperan dalam
meningkatkan pengambilan P dengan cara memperluas daerah penye-rapan dari
sistem perakaran tanaman, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menambang kembali residu P yang
menumpuk di dalam tanah (Agustina,
Bachrein, Rauf, Soenatiningsih
dan Suarni, 1997).
Masalah lain
pada tanaman cabai adalah rentannya
tanaman cabai tersebut terhadap terjadinya pengguguran bunga dan buah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produksi
yang cukup serius (Kang, 1989 dan Enril, 1989 dalam Koesriharti, Maghfoer,
Islami, Respatijati dan Aini, 1999),
salah satu usaha untuk mengatasi pengaruh kondisi tersebut agar
terjadinya pembungaan, pembentukkan buah dan hasil cabai yang tinggi yaitu
dengan pemberian zat pengatur tumbuh (Sumiati, 1996).
Berdasarkan
pertimbangan tersebut dirasakan perlu untuk melakukan penelitian mengenai
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah pada Andisol yang diberi mikoriza,
pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil cabai merah pada Andisol yang diperlakukan dengan
mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh,
untuk mengetahui penyediaan hara P bagi tanaman akibat perlakuan mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh pada Andisol, dan untuk mengkaji
pengaruh mikoriza, pupuk fosfor dan zat
pengatur tumbuh atau interaksinya terhadap keguguran buah dan produksi buah
cabai merah.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di
rumah kaca milik Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2000. Beberapa analisis tanah awal dan
akhir, analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang .
Sedangkan pemeriksaan jumlah spora dan pengamatan infeksi akar dilakukan di
Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang.
Bahan yang diperlukan dalam
penelitian ini berupa : Bibit cabai varietas Hot Beauty, tanah andisol, Pupuk SP-36 (36% P2O5)
sebagai sumber P, Pupuk Daun Vitabloom Spesial, inokulum spora mikoriza, formalin 10 %.
Alat yang digunakan dalam
penelitian : timbangan , pengukur luas daun (leaf area meter), oven, sprayer
dan meteran. Alat pengecatan akar dengan
metode Clearing dan Staining (Koramik dan McGraw, 1982), terdiri dari : cawan
petri, gelas piala dan kompor listrik.
Alat untuk analisa serapan P terdiri dari oven, labu destruksi, blender, gelas ukur dan
spektrofotometer, polybag. Alat
untuk pengamatan infeksi akar tanaman
terdiri dari cawan petri dan mikroskop binokuler.
Percobaan disusun secara faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL ) diulang tiga kali. Faktor pertama adalah perlakuan mikoriza (M), terdiri dari : M0 =
Tanpa mikoriza, M1 =
Dengan mikoriza inokulum campuran
Gigaspora margarita 5 g/tanaman (5
spora/g campuran). Faktor kedua :
Penyediaan Fosfor (P), terdiri dari :
P0 = Tanpa pupuk P; P1 = Pupuk P (SP-36)
125 kg P2O5/ha ; P2 = Pupuk Daun
(Vitabloom Spesial) 4 g/L dan
Faktor ketiga : Pemberian Zat Pengatur
Tumbuh (Z), terdiri dari: Zo
= Tanpa Penyem-protan; Z1 =
Dengan Penyemprotan GA3 100 ppm.
Tanah yang digunakan adalah
Andisol yang diperoleh dari daerah Ngajum Kepanjen sebanyak 4 m kubik (hanya diambil dari lapisan olah
sedalam 20 cm). Sebelum dimasukkan ke
dalam polybag tanah dikeringkan dan dihaluskan. Tanah disterilkan dengan formalin
10 % untuk mencegah kontaminasi mikro-organisme tanah selain mikoriza. Setelah itu tanah yang dihaluskan ke dalam
polybag dengan berat 10 kg tiap polybag.
Media tanam yang telah
disterilkan diperlakukan sesuai dengan perlakuan. Bibit cabai yang telah siap di tanam pada
media. Penanaman dilakukan serentak pada semua perlakuan.
Inokulum mikoriza yang
digunakan adalah inokulum campuran tanah terinfeksi mikoriza yang diberikan pada saat persemaian bibit cabai
dengan cara mem-berikan inokulum pada media pembibitan sebanyak 5 gram tiap
tanaman, dimana kandungan mikorizanya sebanyak
5 spora/gram campuran. Mikoriza yang digu-nakan adalah jenis Gigasfora margarita.
Sumber pupuk P yang digunakan adalah SP-36 (dengan
kandungan 36 % P2O5) diberikan pada media tanam dengan
dosis standar yaitu 125 kg P2O5/ha atau 6,12 g/ pot. Sedangkan vitabloom diperlakukan dengan konsentrasi 4 g/l.
Pemberian zat pengatur
tumbuh dilakukan dengan cara
penyemprotan ke seluruh permukaan tanaman masing-masing sebanyak 20 ml. Zat pengatur tumbuh yang diberikan yaitu GA3
100 ppm atau 0,01 g GA3/l diberikan 2 kali, yaitu pada saat
terbentuk kuncup bunga (30 hari setelah tanam) dan setelah tanaman berbuah muda
(50 hari setelah tanam).
Perlindungan tanaman dari
serangan hama dilakukan
dengan penyemprotan insektisida Azodrin 50 EC 2 cc/L, dan untuk mencegah
penyakit dilakukan penyemprotan dengan
fungisida Dithane M-45 2 g/L.
Sebelum pelaksanaan
penelitian dilakukan analisis tanah sebelum tanam meliputi : Kandungan bahan
organik, pH tanah, kandungan P tanah.
Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi : infeksi Mikoriza dengan metode Clairing dan Staining (Koramik dan
McGraw, 1982), Serapan P pada pucuk (umur 65 hari), pertumbuhan dan
hasil tanaman meliputi : umur saat mulai
berbunga, persentase bunga menjadi buah,
tinggi tanaman, luas daun dengan Leaf Area Meter (LAM) , berat kering akar per
tanaman, berat kering bagian atas per
tanaman, berat kering total per tanaman, berat buah tiap tanaman jumlah buah
tiap tanaman sampel.
Data-data yang diperoleh
dianalisis dengan analisis ragam dan
diteruskan dengan uji jarak berganda Duncan
pada taraf 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan
mikoriza vesikula arbuskula yaitu jenis Gigaspora
margarita memberikan pengaruh pada beberapa komponen pertumbuhan tanaman
cabai merah dibanding tanpa perlakuan mikoriza, yang terlihat pada parameter
luas daun, berat kering tajuk dan persentase bunga jadi buah (Fruitset). Kombinasi antara mikoriza dan perlakuan
fosfor juga nyata pada kadar serapan hara P jaringan tanaman dan persentase
bunga jadi buah (fruitset).
Peningkatan
komponen-komponen pertumbuhan tanaman cabai oleh perlakuan mikoriza tersebut
disebabkan oleh serapan hara.
Peningkatan serapan hara oleh akar dibantu dengan adanya mikoriza VA
karena mikoriza VA mampu membantu meningkatkan serapan hara P dengan adanya
hifa eksternal sehingga luas serapan meningkat yang mengakibatkan serapan P
oleh tanaman juga meningkat. Pada
Andisol yang dijadikan media tanam pada penelitian ini memiliki kadar P
tersedia yang sangat rendah, sehingga kombinasi antara mikoriza dan pemberian
pupuk SP-36 yang memiliki kadar P tinggi sangat nyata mempengaruhi serapan hara
P jaringan tanaman dibandingkan dengan tanaman yang tidak diperlakukan mikoriza
(Tabel 1), hal ini juga didukung oleh
grafik hubungan antara infeksi mikoriza dan kandungan P jaringan (gambar 1)
dimana hubungannya terlihat bahwa makin tinggi infeksi mikoriza maka makin
tinggi kadar P yang terdapat di jaringan
tanaman.

Gambar 1. Hubungan antara Persentase Infeksi akar oleh
mikoriza dan kandungan P jaringan Daun
Tabel 1. Pdaun
Tanaman Cabai Merah Pada Kombinasi Perlakuan Mikoriza + Pupuk Fosfor & Pupuk Fosfor +ZPT
Perlakuan
|
Kadar P daun (%)
|
(-)Mikoriza
Tanpa P
Pupuk SP-36
Vitabloom
(+)Mikoriza Tanpa P
Pupuk SP-36
Vitabloom
|
0.206 d
0.270 c
0.301 ab
0.167 e
0.312 a
0.290 b
|
(-)Mikoriza
Tanpa P
Pupuk Sp-36
Vitabloom
(+)Mikoriza Tanpa P
Pupuk SP-36
Vitabloom
|
0.201 c
0.252 b
0.343 a
0.236 b
0.330 a
0.248 b
|
Keterangan : Angka sekolom yang diikuti huruf yang
sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berjangka.
Tingginya
persentase kandungan P daun tanaman sangat dimungkinkan karena adanya peranan
jamur mikoriza VA, terutama pada tanah yang miskin fosfor, telah dilaporkan
bahwa sumbangan mikoriza pada peningkatan pertumbuhan tanaman sangat bergantung
pada atas tersedianya P dalam tanah
(Hayman, 1983 ; Baon, 1994). Hal ini
diduga karena jamur mikoriza VA mampu menghasilkan enzim asam fosfatase yang
mampu mengkatalisis hidrolisis kompleks
fosfor yang tidak tersedia menjadi fosfor yang larut dan tersedia. Selanjutnya fosfor ini diserap oleh hifa-hifa
eksterna dan dipindahkan ke dalam jaringan tanaman (Carling dan Brown, 1980;
Manjunath et al., 1989 dalam Sastrahidayat, 1995).
Luas daun
tanaman pada umur 8 dan 12 mst lebih
tinggi pada tanaman yang bermikoriza dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza
(gambar 2). Hal ini menunjukkan
kemampuan mikoriza membantu tanaman untuk meningkatkan serapan hara karena
menurut Satrahidayat (1999) meningkatnya penyerapan P tentunya akan diikuti
oleh peningkatan penyerapan unsur-unsur lain. Ini dapat dipahami karena P akan
membentuk ATP (Adenosin Triphospat)
yang sangat berguna untuk penyerapan hara mineral.
Luas daun yang lebih baik
pada tanaman yang terinfeksi mikoriza lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
tidak bermikoriza menambah kemampuan
tanaman untuk berfotosintesa yang lebih optimal, hal ini dapat dijelaskan
karena lebih luasnya permukaan tanaman menerima cahaya matahari sebagai sumber
energi utama dalam proses fotosintesis, dengan demikian hasil fotosintesis yang tertimbun berupa bobot
kering tanaman pada tanaman yang terinfeksi mikoriza juga lebih besar yang
ditunjukkan dengan berat kering tajuk yang lebih besar .
Perlakuan pupuk
Fosfor berpengaruh pada pertumbuhan maupun hasil tanaman cabai merah. Pada perlakuan pupuk phospor terlihat bahwa
pemberian pupuk SP-36 secara umum memberi pengaruh paling baik dibandingkan
perlakuan tanpa pupuk dan vitabloom spesial, hal ini berhubungan erat dengan
rendahnya kandungan P tersedia pada
andisol yang dijadikan media tanam.
Dengan ditambahnya pupuk fosfor ke dalam tanah respon hasil tanaman
terlihat nyata, sedangkan pemberian pupuk fosfor melalui daun (vitabloom
spesial ) belum dapat memberikan hasil yang diinginkan, karena hasilnya secara
statistik pada beberapa parameter tidak
berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk Fosfor.
![]() |
Gambar 2. Luas daun tanaman cabai
merah pada perlakuan mikoriza
Tabel 2. Berat Kering
Tajuk Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza dan Pupuk Fosfor
Perlakuan
|
BK Tajuk (g)
…mst…
8
12 16
|
Tanpa P
Pupuk SP-36
Vitabloom
|
0.405 b 1.2 b 3.363 b
3.755 a 11.83 a 22.353 a
0.218 b 2.45 b
3.199 b
|
(-)Mikoriza
(+)Mikoriza
|
0.876 b
3.79 b 9.09 b
2.042 a 6.53 a 10.187 b
|
Keterangan : Angka sekolom yang diikuti huruf yang
sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.
Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman cabai merah yang ditanam pada Andisol untuk
pertumbuhan vegetatifnya masih sangat
membutuhkan fosfor, karena
Andisol pada kondisi awal
kandungan P yaitu sebesar 11.38 mg.kg.-1 adalah termasuk
rendah, sehingga penambahan P dengan
pupuk SP-36 ini dapat memenuhi kebutuhan tanaman dibandingkan dengan pemberian
pupuk daun yang memiliki kadar P tinggi belum mampu menstimulir pertumbuhan
sebaik pupuk anorganik melalui tanah.
Berat kering
total tanaman yang diberikan pupuk SP-36
paling tinggi pada semua umur pengamatan. Hal ini me-nunjukkan bahwa unsur P
yang diberikan melalui pupuk ini dapat berperan dalam proses pertumbuhan
tanaman cabai merah, karena fosfor
berfungsi pada berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dapat menunjang
pertumbuhan yang ditandai dengan peningkatan berat kering total tanaman.
Unsur Fosfor
(P) seperti halnya nitrogen, berkaitan erat dengan penyu-sunan bagian penting
tanaman seperti asam nukleat pada inti sel .
Maka apabila terjadi defisiensi
fosfor berakibat pada penurunan pertumbuhan secara drastis. Unsur fosfor berfungsi pada berbagai reaksi
biokimia dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Senyawa fosforilasi bertindak sebagai
intermedier, menyimpan dan penyedia energi reaksi-reaksi khusus seperti pada
respirasi dan fermentasi (Soepardi, 1983). Fosfor
merupakan unsur yang paling kritis dibandingkan unsur-unsur lainnya bagi
tanaman. Kekurangan unsur tersebut dapat
menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap unsur lainnya, meskipun jumlah unsur
fosfor yang diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan
fosfor dari pupuk sangat penting
(Tisdale dan Nelson, 1975 dalam
Rosliani, 1997).
Sejalan dengan
pertumbuhan vegetatif tanaman yang memiliki tinggi tanaman dan bobot kering
tanaman yang relatif tinggi cendrung menghasilkan buah cabai yang lebih tinggi
pula (Rosliani, 1997). Karenanya pada
tanaman yang diberikan pupuk SP-36 memiliki umur berbunga yang paling rendah
atau paling awal terbentuknya bunga dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk P dan perlakuan vitabloom spesial.
Tabel 3. Umur berbunga dan Bobot
Buah Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza, Pupuk Fosfor dan ZPT
Perlakuan
|
Umur Berbunga Bobot Buah
( hst) (g)
|
(-)Mikoriza
(+)Mikoriza
|
41.44 1.577
38.867 38.492
|
Tanpa P
Pupuk SP-36
Vitabloom
|
46.667 a 6.978 b
30.25 b 96.424 a
44.833 a 20.548 b
|
(-) GA3
(+)GA3
|
44.44 a 39.178
36.722 b 43.454
|
Keterangan: hst : hari setelah
tanam. Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
jarak berganda Duncan 5%.
Adanya unsur P dapat menstimulir terbentuknya
bunga dan buah yang dapat mendorong terbentuknya bunga dan buah yang lebih
banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan zat pengatur tumbuh GA3
yang diberikan pada cabai merah pada penelitian ini dapat menurunkan tingkat
kerontokkan bunga hingga 16 % dan tanaman yang tidak diberikan GA3 dan
dapat menurunkan tingkat kerontokkan buah hingga 5 %. GA3 dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga dan
buah sehingga hasil buah pertanaman dapat meningkat (Koesriharti, 1999).
Tabel 4. Rata-rata
Fruitset, Persentase Keguguran Bunga, Persentase Keguguran Buah Cabai Merah
Pada Perlakuan Mikoriza, pupuk P dan ZPT
Perlakuan
|
Fruitset
(%)
|
Keguguran
Bunga (%)
|
Keguguran
Buah
(%)
|
(-) Mikoriza
(+) Mikoriza
|
41.72 a
34.489
b
|
|
|
Tanpa P
Pupuk SP-36
Vitabloom
|
31.775
c
37.958
b
43.608
a
|
39.125
b
25.775
c
50.316
a
|
36.416
b
7.116
c
46.167
a
|
(-) GA3
(+) GA3
|
39.738
a
35.822
b
|
46.067 a
30.744 b
|
32.188
a
27.611
b
|
Keterangan : Angka sekolom
yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5 %
![]() |
Gambar 3.
Persentase Keguguran bunga dan Buah tanaman
cabai merah pada perlakuan zat pengatur tumbuh
Semakin tinggi
kadar P pada tanaman maka semakin rendah umur berbunga, yang berarti dengan adanya P yang tinggi pada
jaringan tanaman akan dapat mempercepat pembungaan. Pupuk SP-36 yang diberikan adalah bentuk yang siap digunakan oleh
tanaman, karena skala kandungan 36 % P2O5 dalam pupuk
SP-36 hampir seluruhnya larut dalam air dengan cepat sehingga unsur hara P
mudah diserap oleh tanaman (Kahar, 1994).
Pada Andisol
karena kandungan alofannya memiliki daya serap P yang sangat tinggi,
mengakibatkan hara P yang diberikan melalui pemupukan hanya sebagian kecil
tersedia bagi tanaman yang menjurus pada penurunan efisiensi pemupukan, semakin
banyak menggunakan pupuk P untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan tanah akan
unsur hara tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan P di dalam tanah
(Baon, 1998).
Pengaruh
mikoriza yang diberikan tidak terlihat dominan dalam mening-katkan penyediaan
fosfor pada tanah, tetapi apabila dilihat dari analisa awal dan analisa akhir
tanah menunjukkan bahwa pada analisa awal tanah fosofr yang tersedia di tanah
sangat rendah, tetapi pada perlakuan mikoriza yang dikombinasikan dengan
pemebrian pupuk fosfor terlihat adanya peningkatan P tersedia, hal ini mem-buktikan
bahwa mikoriza berperan dalam mengefisiensikan pemupukan fosfor yang diberikan
pada Andisol, karena fiksasi fosfor yang kuat oleh allofan pada Andisol
mengakibatkan hanya 10 % dari fosfor total yang ditambahkan yang dapat tersedia
bagi tanaman (Tan & Shuylenborg, 1980 dalam
Nihayati, 1989).
Selanjutnya Sanchez (1992) mene-rangkan bahwa
kandungan bahan amorf (allofan) pada Andisol cukup besar dan mempunyai
kemampuan tinggi dalam memfiksasi fosfor yang ditambahkan ke dalam tanah
sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Tetapi pada penelitian ini, dimana pemberian pupuk SP-36 yang
dikombinasikan dengan pemberian miko-riza ternyata meningkatkan penyerapan P
yang cukup nyata, ditandai dengan hubungan antara kandungan P pada jaringan dan infeksi mikoriza positif,
artinya semakin tinggi infeksi mikoriza maka semakin tinggi kemampuan tanaman
untuk menyerap P dari tanah ke jaringan tanaman dan P tersedia di Andisol juga
meningkat pada analisa akhir yaitu sebesar 71.67 mg.kg.-1 (tinggi).
Tabel 5. Analisa Awal Sifat
Kimia Andisol, Ngajum (Kawi)
Sifat Yang Dianalisa
|
Hasil
Analisa
|
1. pH
(H2O)
2. pH
(KCl 1 N)
3. C-organik
4. N
total
5. C/N
6. P(Olsen)(mg.kg-1)
7. K(me/100
g)
8. Na
(me/100 g)
9. Ca
(me/100 g)
10. Mg (me/100 g)
11. KTK
(me/100 g)
12. Basa
(me/100 g)
13. KB(%)
14. Tekstur
-
Pasir (%)
-
Debu (%)
-
Liat (%)
K l a s
|
6.3
(sedang)
5.3
(sedang)
3.03 (tinggi)
0.29 (sedang)
11
(sedang)
11.38
(rendah)
0.19
(rendah)
0.28
(rendah)
3.76
(rendah)
0.68
(rendah)
30.47 (tinggi)
4.91
16
41
50
9
Lempung
|
Analisa dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah FAPERTA UNIBRAW, Malang.
Tabel 6.
Kandungan P Tersedia Akhir Pada Andisol (Terhadap KO 105 0C. P
Olsen)
Perlakuan
|
P
Tersedia (mg.kg-1)
|
(-)
Mikoriza Tanpa P (-)GA3
(+)GA3
SP-36 (-)GA3
(+)GA3
Vitabloom (-)GA3
(+)GA3
(+)Mikoriza Tanpa P (-)GA3
(+)GA3
SP-36 (-)GA3
(+)GA3
Vitabloom (-)GA3
(+)GA3
|
4.06 (rendah)
4.83 (rendah)
31.52 (tinggi)
37.45 (tinggi)
5.25 (rendah)
5.67 (rendah)
6.09 (rendah)
5.55 (rendah)
60.69 (tinggi)
71.67 (tinggi)
2.76 (rendah)
2.66 (rendah)
|
Analisa dilakukan di Laboratorium
Kimia FAPERTA UNIBRAW, Malang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Mikoriza dapat membantu penye-rapan
Fosfor yang diberikan melalui pemupukan oleh Cabai Merah dan meningkatkan kada
fosfor tersedia pada Andisol dari 11.38
mg.kg-1 menjadi 71.67 mg.kg-1 yang dapat memenuhi
kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk
Fosfor melalui tanah dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman sedangkan melalui daun belum dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil secara
nyata. Pemberian GA3
menghambat pengguguran bunga cabai merah sampai 16 % dan menghambat pengguguran
buah sampai 5 % dibandingkan dengan tanpa pemberian GA3.
Saran
Untuk penanaman cabai merah sebaiknya benih yang
digunakan sebelum tanam diseleksi dan
diperlakukan untuk menghindari
kontaminasi penyakit bawaan dari benih tersebut dapat berkembang. Perlu diadakan percobaan lapang pada
Andisol untuk mengetahui pengaruh di
lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, B., S. Bachrein, M. Rauf, Soenatiningsih dan Suarni (1997) Interaksi P dan Karbohidrat Terhadap
Pembentukkan Kolonisasi Mikoriza
Vesikular-Arbuskular (MVA) Pada Tanaman Jagung.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 15. h 18 – 23.
Baon, J.B. (1996) Biotekhnologi
Mikoriza Pelestarian Sumber Daya Alam di Perkebunan Mitos, Kenyataan, Ilmiah
dan Tantangannya. Panitia Peringatan
Setengah Abad. Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 20
h.
Hayman, D.S. (1982) Influence of Soil and Fertility on Activity
and Survival of Vesikular-Arbuskular
Mycorrhizal Fungi. Phytopathology. p 72.
Kahar, A., (1994) SP-36 Pupuk Fosfat
Baru. Gema Pertrokimia Gersik 11 (3) : h 12 –19.
Koesriharti, M. Maghfoer, T. Islami, Respatijarti dan N. Aini, (1999) Pengaruh Pemberian Ba + GA 3 + AVG
Terhadap Kerontokan Buah Pada Empat Kultivar Tanaman Lombok Besar (Capsicum
annuum L.). Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu
Hayati (life Science). 11 ( 1 ) : 59 – 69.
Koesriharti, T. Islami dan Respatijarti (1999) Pengaruh Pemberian Ba, GA3
dan AVG Terhadap Hasil Buah pada 4
Kultivar Tanaman Lombok Besar (Capsicum annum L.) . Agrivita 21 (1) : 5 – 9.
Koramik, P.P dan A.C. McGraw (1982) Quantification of VAM In Plant Roots : 45
–50 In
Method and Principles of
Mycorizhal Research (eds. N.C. Scenk)
The American Phytopathological Society.
St. Paul Minnesota .
Kusumainderawati, E.P.,
Yuniarti, Sar-wono, Dzamnuri, E. Sugiarti dan B. Pikukuh.
(1995) Introduksi dan Uji
Adaptasi Varietas Cabai (Capsicum annuum L.).
Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian Karangploso. h 182 – 193.
Lita, S., Koesriharti dan A.
Zainudin, (1988) Pengaruh Pemberian
2,4-D dan GA3 Terhadap Pembentukan Buah Tanpa Biji Pada Dua Varietas
Lombok Besar (Capsicum annuum L.).
Agrivita 11 : 49 – 51.
Miller H.M., and P.T.
McGonigle (1996) Division S-4- Soil
Fertility and Plant Nutrition. Soil
Science. America Journal 60 p 1856 – 1861.
Mosse, Br.B., D.S. Hayman
dan J. Arnold, (1973) Plant Growth
Responses To Vesicular Arbuscular Mycorrhiza.
Phosphate Uptake By Three Plant Species From P-Deficient Soils Labelled
Whit 32P. The New Phytologist, 72. p 809 – 814.
Nihayati, E. (1989) Pengaruh
Berbagai Penempatan Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Umbi Tanaman
Bawang Putih (Allium sativum L.) Varietas Lumbu Hijau Pada
Andosol Coban Rondo. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah
Mada Program KPK Universitas Brawijaya..
Rosliani, R. (1997) Pengaruh
Pemupukan Dengan Pupuk Majemuk Makro Berbentuk Tablet Terhadap Per-tumbuhan dan
Hasil Cabai Merah. J. Hort. 7(3) : 773-780.
Sanchez, P.A. (1992) Sifat
dan Penge-lolaan Tanah Tropical. ITB Ban-dung. 397 p.
Sastrahidayat, I.R.
(1995) Study Rekayasa Tekhnologi Pupuk
Hayati Mikoriza. Fakultas
Pertanian. Universitas Brawijaya. 104 h.
Sastrahidayat, Kusnul
Wakidah dan Syekfani (1999) Pengaruh
Miko-riza Vesikula Arbuskula Terhadap Peningkatan Enzim Fosfatase, Beberapa
Asam Organik dan Per-tumbuhan Kapas (Gossypium hir-sutum L.) Pada Vertisol dan
Alfizol. Agrivita 21 (1) : 10
– 19.
Sitompul, S.M., dan B.
Guritno (1995) Analisis Pertumbuhan
Tanaman. Gadjah Mada
University Press. 412 h.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar