Oleh:
SAIFUL MAHDI
0805101050075
PRORAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA
ACEH
2012
Lembaran
Pengesahan
PENGARUH
PENGGUNAAN VARIETAS DAN PEMANGKASAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI
( Capsicum annum L.)
Oleh:
SAIFUL MAHDI
0805101010075
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
Laporan Praktik Keterampilan
Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaika Studi
pada
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
Darussalam – Banda Aceh
Mengetahui Menyetujui,
Ketua Program
Studi Dosen
Pembimbing Praktik Agroteknologi Keterampilan
Dr.
Ir. Ashabul Anhar, M.Sc Taufan
Hidayat, S.Si, M. Si
NIP.
19660629 199003 1 002 NIP.19790510
200604 1 001
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Cabai
(Capsicum annum L.) termasuk famili
terung-terungan (Solanaceae). Tanaman
ini termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman berumur pendek. Tanaman cabai
berasal dari daerah tropik Amerika dan telah tumbuh di Amerika Utara dan
Amerika Selatan sejak 2000 tahun yang lalu. Pada tahun 1493, Christophorus
Colombus membawa biji cabai ke Spanyol dan selanjutnya menyebar keseluruh Eropa.
Tanaman ini kemudian diperdagangkan oleh Bangsa Portugis dan menyebar diseluruh
dunia termasuk Indonesia (Prajnanta, 2008).
Cabai merupakan komoditi sayuran
yang dapat dipasarkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pangan. Cabai mengandung
zat-zat gizi yang diperlukan untuk kesehatan manusia, kandungan gizi cabai
merah segar per 100 gr bahan terdiri dari protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat
7,3 g, kalsium 29 mg, fosfor 24 mg, besi 0,5 mg, vit. B1 0,05 mg, vit. C 18 mg,
dan air 90,9 g (Setiadi, 2008). Produksi
tanaman cabai baik kualits maupun kuantitas ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor varietas dan faktor pemangkasan adalah dua hal yang sangat penting di
perhatikkan dalam budidaya tanaman
cabai. Varietas terdiri dari
sejumlah genotipe yang berbeda, dimana masing-masing genotipe mempunyai
kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Setiap varietas memiliki
perbedaan genetik yang dapat mempangaruhi pertumbuhan dan hasil serta kemampuan
adaptasi suatu varietas berbeda-beda. Setiap varietas
cabai memberikan hasil yang berbeda tergantung bagaimana cara kita melakukan
perlakuan budidaya yang intensif dan baik. Secara garis besar varietas cabai yang
bermutu akan memberikan hasil yang lebih baik, baik dari segi kualitas maupun dari
segi kuantitas.
Pemangkasan adalah upaya untuk menghilangkan beberapa bagian pada
tanaman, hal ini biasanya berkaitan dengan pemotongan bagian-bagian tanaman
yang berpenyakit, tidak produktif, atau yang tidak diinginkan. Secara umum kondisi-kondisi
alam seperti angin, hujan, dan penyakit bisa mengakibatkan produksi tanaman
menurun. Tujuan dari pemangkasan adalah untuk membentuk tanaman dengan cara
mengontrol atau mengarahkan pertumbuhan tanaman, untuk menjaga kesehatan
tanaman dan untuk meningkatkan produksi, kualitas buah yang dihasilkan (Andoko,
2004).
Menurut Tony (2003), pemangkasan
berarti membuang bagian tanaman yang tidak diperlukan. Bagian yang dimaksud
dapat berupa sulur (mentimun, melon), daun (mentimun, melon, cabai, paprika,
tomat, terong), pucuk (melon), tunas air (tomat, cabai, paprika, terong,
mentimun, melon), atau buah muda (melon). Pemangkasan bertujuan untuk mengefektifkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman ke arah yang lebih produktif. Tujuan
lainnya adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi.
Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai penggunaan
varietas dan pemangkasan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai yang
optimal guna meningkatkan produksi dan untuk mengetahui apakah ada interaksi
antar varietas dan pemangkasan.
1.2. Tujuan Praktik Keterampilan
- Mengetahui pengaruh penggunaan varietas dan pemangkasan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai, serta untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara kedua faktor tersebut
2.
Terampil
melakukan budidaya tanaman cabai
1.3. Hipotesis
1.
Penggunaan varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman cabai.
2.
Pemangkasan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.
3.
Terdapat interaksi antara penggunaan varietas dan pemangkasan
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Cabai
2.1.1. Sistematika tanaman Cabai
Menurut Nawangsih et al., (2005), klasifikasi botani
tanaman cabai adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdevisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Metachiamydeae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.)
2.1.2. Morfologi Tanaman Cabai
a. Akar
Akar tanaman cabai merupakan akar
tunggang yang terdiri atas akar utama dan akar lateral. Dari akar lateral
keluar serabut-serabut akar. Panjang akar utama berkisar 35-50 cm. Akar lateral menyebar
sekitar 35-45 cm (Prajnanta, 2008).
b. Batang
Batang
utama cabai tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30-37,5 cm, dan diameter
batang antara 1,5-3,0 cm. Batang utama berkayu dan berwarna coklat kehijauan. Pembentukan
kayu pada batang utama mulai terjadi pada umur 30 HST. Pada setiap ketiak daun
akan tumbuh tunas baru yang dimulai pada
umur 10 HST. Namun tunas-tunas ini harus dihilangkan sampai batang utama
menghasilkan bunga pertama tepat diantara cabang primer. Cabang primer ini yang
terus dipelihara dan bentuk percabanganya dari batang utama ke cabang primer
berbentuk huruf “Y”, demikian pula
antara cabang primer ke cabang sekunder (Prajnanta, 2008).
c. Daun
Tanaman cabai besar berdaun tunggal
sederhana. Daun terletak berselang dan
tidak memiliki daun penumpu. Bentuk daun cabai bulat telur dengan ujung
meruncing, berlekuk dangkal, dan kadang-kadang ada yang berlekuk majemuk.
Panjang daun berkisar antara 5-12 cm, lebar daun 1,5-4 cm, dan panjang tangkai
daun berkisar antara 1-1,25 cm. Warna daun cabai hijau hingga keunguan, sesuai
dengan varietasnya (Pitejo, 2003).
d. Bunga
Posisi bunga cabai menggantung
dengan warna mahkota putih. Mahkota bunga ini memiliki kelopak sebanyak 5-6
helai dengan panjang 1-1,5 cm dan lebar sekitar 0,5 cm, panjang tangkai
bunganya 1-2 cm, tangkai putik berwarna putih dengan panjang sekitar 0,5 cm,
warna kepala putik kuning kehijau-hijauan, sedangkan tangkai sarinya putih
walaupun yang dekat dengan kepala sari ada yang bercak kecokelatan. Panjang
tangkai sari sekitar 0,5 cm. kepala sari berwarna biru atau ungu (Setiadi,
2008).
e. Buah
Bentuk buah cabai agak
berkelok-kelok dengan permukaan tidak rata sehingga memberikan kesan keriting
dan warna merah menyala sehingga kelihatan selalu segar, ukuran buah panjang
14,5 cm dan berdiameter 0,9 cm.
f. Biji
Biji cabai besar berukuran kecil
antara 3-5mm, bewarna kuning, serta berbentuk bulat, pipih, dan bagian ujung
biji yang sedikit runcing (Pitejo, 2003).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
2.2.1. Iklim
Menurut Andoko (2004), tanaman cabai
akan tumbuh baik bila ditanam di tempat yang berkelembaban sedang sampai tinggi
dan bersuhu 18-300C. Tanaman cabai menghendaki curah hujan tahunan
600-1250 mm. Cabai membutuhkan sinar matahari penuh sepanjang hari selama
hidupnya. Bila dalam keadaan terlindung, cabai akan mengalami etiolasi
(pertumbuhan memanjang) dan pertumbuhan cabang terhambat. Tanaman cabai agak
kurang tahan dengan curah hujan terlalu tinggi, terutama saat berbunga, karena
bunga akan gagal menjadi buah, dan juga dapat merontokkan buah yang masih muda.
2.2.2 Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh
tanaman. Oleh karena itu, tanah harus subur dan kaya akan bahan organik.
Tanaman cabai membutuhkan tanah dengan derajat keasaman tanahnya (pH tanah)
antara 6,5-7,0, tetapi akan lebih baik kalau pH tanahnya 6,5. Tanah harus berstruktur remah atau gembur. Walaupun
demikian tanaman cabai masih dapat ditanam di tanah lempung, tanah agak liat,
tanah merah maupun tanah hitam. Namun tanah yang demikian memang harus diolah
terlebih dahulu sebelum ditanam (Setiadi, 2008).
2.3. Peranan Pemangkasan Terhadap Hasil
Tanaman Cabai
Pemangkasan
merupakan pemotongan tunas-tunas yang tidak dikehendaki pertumbuhannya. Tunas
yang terlalu banyak dapat menghambat atau mengganggu perkembangan tanaman atau
batang pokok dan buah. Apabila
pemangkasan tidak dilakukan maka zat hara/makanan yang dibawa oleh akar
akan terus dimanfaatkan untuk perkembangan vegetatifnya. Pemangkasan merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan buah yang besar dan berkualitas.
Pemangkasan pada tanaman cabai
bertujuan untuk membentuk percabangan dan meningkatkan kualitas buah.
Pemangkasan dilakukan dengan cara
memotong ujung tunas tanaman untuk merangsang pertumbahan cabang di setiap
ruas (Prajnanta, 2008).
Bagian-bagian tanaman yang harus dibuang (pangkas) untuk meningkatka kualitas dan produksi adalah tunas samping, sebagian bunga dan daun. Tunas yang muncul diketiak daun saat tanaman cabai yang di tanam di dataran rendah berumur 12-15 HST (Hari setelah tanam) harus dihilangkan agar tanaman menjadi kokoh sebelum memasuki fase generatif. Sedangkan pemangkasan biasanya dilakukan 2-3 kali sampai terbentuk cabang utama yang ditandai dengan munculnya bunga pertama sekitar umur 25-30 HST (hari setelah tanam) (Setiadi, 2008).
2.4. Peranan Penggunaan Varietas Terhadap
Hasil Tanaman Cabai
Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakter atau kombinasi genotype yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami pertumbuhan. Secara botani, varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas.
Varietas bermutu tinggi (unggul) mempunyai
salah satu sifat keunggulan dari varietas lokal. Keunggulan tersebut dapat
tercermin pada sifat pembawaannya yang dapat menghasilkan produksi tinggi,
respon terhadap pemupukan dan resisten terhadap hama dan penyakit. Jenis
varietas yang sesuai dengan keadaan lingkungan diharapkan tumbuh dengan baik
dan memberikan hasil yang tinggi (Prajnanta, 2004).
Varietas
cabai sangat penting di perhatikan dalam budidaya tanaman cabai, sebab setiap
benih cabai yang di tanam akan berbeda hasilnya.
·
Varietas Lado F1.
·
Varietas TM 999
2.4.1. Deskripsi tanaman cabai varietas
Lado F1
Tanaman Lado F1 disebut juga cabai
keriting hibrida. Hal ini disebabkan oleh varietas lado F1 cocok di tanam di
segala musim di berbagai ketinggian. Bahkan,Varietas ini masih tumbuh baik di
daerah pesisir/berpasir yang panas.
Karateristik
Tanaman
- Tinggi tanaman : 100 cm
- Sosok Tanaman : Tegak
- Panen Pertama : 90 HST
- Ukuran Buah : 18 cm x 0.9 cm
- Warna Buah : Hijau Sedang – Merah Cerah
- Produksi : 0,9 – 1,4 kg/tanaman
Keunggulan
- Tanaman vigor, tinggi, dan subur
- Buah elastic dan transportasi jarak jauh
- Daya simpan buah bagus sekitar 4-5 hari
- Toleran trips
- Masih bisa berbuah ketika terserang virus Gemini
- Tahan layu bakteri
- Produksi tinggi
2.4.2. Deskripsi tanaman cabai varietas TM
999
Varietas
TM 999 merupakan varietas cabai keriting hibrida ini memiliki pertumbuhan
yangsangat kuat dan kokoh. Pembungaannya berlangsung terus menerus sehingga
dapat di panen dalam jangka waktu yang panjang.
Karakteristik
Tanaman :
- Berat Buah : 5-6 cm
- Sosok Tanaman : Semitegak,percabagan banyak
- Panen Pertama : 87-110 HST
- Ukuran Buah : 12.5 cm x 0.8 cm
- Warna Buah : warna coklat – warna merah
- Produksi : hasil pertama 0,8 – 1,2 kg/tanaman
Keunggulan
- Rasanya sangat pedas
- Cocok untuk digiling dan dikeringkan
- Produksi Tinggi
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh,
mulai dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Benih
Benih yang digunakan dalam praktik keterampilan
ini adalah varietas TM 999 yang diproduksi oleh PT. Branita Sandhini Jakarta
Indonesia dan varietas LADO F1 yang diproduksi oleh PT. East West Seed Indonesia. Jumlah benih yang akan dipergunakan benih, untuk penanaman sebanyak 288 benih
yaitu varietas TM 999 sebanyak 144 benih, varietas LADO F1 sebanyak 144 benih dan sebanyak 112 benih untuk
sulaman.
2. Pupuk
Sebagai pupuk dasar digunakan pupuk
kandang sebanyak 204 kg (20 ton/ha) selanjutnya pupuk TSP dengan dosis 135 g (150
kg/ha), Urea dengan dosis 135 g (150 kg/ha)
dan KCL dengan dosis 90 g (100 kg/ha).
3. Pestisida
Menggunakan insektisida Decis 2,3 EC,
Dithane M-45, masing-masing dengan dosis 2 cc/1 liter air.
Penyemprotan mulai dilakukan 20 HST dengan
interval penyomprotan 20 hari sekali.
4. Mulsa
Mulsa yang digunakan pada peraktek
keterampilan kali ini adalah mulsa plastik
hitam perak (MPHP) dengan panjang mulsa 100 m dan lebar 1.5 m (satu
gulungan).
5. Polibag
Untuk
persemaian digunakan polibag warna hitam sebanyak 400 polibag pelastik dengan
ukuran 11cm x 5 cm dan berdiameter 6 cm (kapasitas ¼ kg).
3.2.2. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hand traktor,
cangkul, garu, meteran, hand sprayer, gembor,
timbangan analitik, timbangan duduk, jangka sorong, tali rafia serta alat tulis
menulis yang diperlukan.
3.3. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 2 x 3 dengan 3 ulangan. Ada 2 faktor yang
diteliti yaitu:
Faktor Varietas
(V) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu:
V1 = TM 999
V2 = LADO F1
Faktor
Pemangkasan yang terdiri atas 3 taraf, yaitu:
P1 = pemangkasan 10 %
P2 = pemangkasan 20 %
P3 = pemangkasan 30 %
Dengan
demikian terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 18
unit percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan kombinasi
perlakuan antara varietas dengan tingkat
pemangkasan
No.
|
Kombinasi
Perlakuan
|
Varietas
|
Tingkat
Pemangkasan
|
1.
|
V1P1
|
TM
999
|
Pemangkasan 10
%
|
2.
|
V1P2
|
TM
999
|
Pemangkasan 20
%
|
3.
|
V1P3
|
TM 999
|
Pemangkasan 30
%
|
4.
|
V2P1
|
LADO
F1
|
Pemangkasan 10
%
|
5.
|
V2P2
|
LADO
F1
|
Pemangkasan 20
%
|
6.
|
V2P3
|
LADO
F1
|
Pemangkasan 30
%
|
Model
matematika dari rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Yijk
= µ + Vj + Pk + (VP)jk + εijk
Keterangan :
Yijk :
Hasil pengamatan untuk faktor varietas (V) pada taraf ke-j
dan faktor pemangkasan (P) pada
taraf ke-k pada ulangan ke-i
µ
: Rata-rata umum
Vj
: Pengaruh faktor varietas (V) taraf ke-j (j =1,2,3)
Pk : Pengaruh faktor pemangkasan (P) taraf ke-k
(k =0,1,2)
(VP)jk : Pengaruh interaksi faktor V taraf ke-j dan
faktor P taraf ke-k
ε ijk : Galat percobaan untuk
faktor V pada taraf ke-j dan faktor P taraf
ke-k, dan ulangan ke-i
Jika
uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji BNT
pada taraf 5% dengan rumus sebagai berikut:
BNT
0.05 = t 0.05 (dbA)
Keterangan :
BNT 0.05 :
Beda nyata terkecil pada taraf 5%
t 0.05 (dbA) : Nilai baku t pada taraf 5% dan derajat
bebas acak
KTA : Kuadrat tengah acak
r :Jumlah
Ulangan
3.4. Pelaksanaan Kegiatan
1. Persiapan
Benih
Sebelum dilakukan persemaian, benih terlebih dahulu direndam dalam air
biasa selama 15 menit kemudian dimasukkan kedalam aerator selama 24 jam.
Setelah 24 jam benih yang terapung dibuang sedangkan benih yang tenggelam
digunakan untuk penanaman kemudian ditiriskan diatas tissue. Tujuan dari
perendaman benih dalam airator adalah untuk memperoleh benih yang memiliki
viabilitas tinggi.
2. Persemaian
Media semai yang digunakan adalah
berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 (volume :
volume). Media semai diisi ke dalam polibag sampai batas 1 cm dari permukaan.
Benih cabai ditanam dengan kedalaman lubang sedalam 0,5 cm, kemudian lubang
ditutup kembali tipis-tipis dengan media. 1 polibag diisi dengan 1 benih cabai.
Setelah itu dilakukan pemeliharaan
3. Pengolahan
Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan hand traktor, kemudian tanah dibiarkan selama 7 hari agar
mendapatkan cukup angin dan sinar matahari secara langsung, sehingga
racun-racun yang ada dalam tanah menguap/keluar. Selanjutnya dibuat
bedengan-bedengan percobaan dengan ukuran bedeng 1 m x 17 m sebanyak 6 bedeng
kemudian bedengan 1 m x 17 m di bagi menjadi 3 bedeng dengan ukuran 1 m x 5 m.
Jarak antar bedengan 50 cm dan jarak antar blok 70 cm berfungsi sebagai saluran drainase.
Pengolahan tanah ini sekaligus dengan pemberian pupuk dasar yaitu pupuk kandang
sebanyak 34 kg /bedeng dengan ukuran bedeng 1 m x 17 m, pemberian dengan cara
tanah dicampur dengan pupuk kandang secara merata.
4. Pemupukan
Sebagai pupuk dasar digunakan pupuk kandang
yang berasal dari kotoran sapi siap
pakai atau yang sudah terdekomposisi. Dosis pupuk kandang digunakan yaitu 34
kg/ bedeng setara dengan 20 ton/ha.
Pemberian pupuk dilakukan dengan meratakan pupuk kandang dengan tanah sebelum
mulsa dipasang serta Urea 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha. Pemberian
KCl sebanyak 5 g/bedeng (100 kg/ha) serta pemberian pupuk Urea dan TSP sebanyak
7.5 g/bedeng (150 kg/ha).
5. Pemberian
Mulsa
Praktik keterampilan ini memakai mulsa sebanyak 90 m dengan pemakaian
setiap bedeng sebesar 15 m. Pemberian
mulsa dilakukan pada siang hari, 7 hari setelah dilakukan pemupukan dasar.
6. Penanaman
Penanaman dilakukan pada sore hari. Bibit yang telah siap dipindahkan
kelapangan berumur 20 hari atau apabila sudah tumbuh daun sebanyak 4-5
helai. Bibit yang ditanam diseleksi
terlebih dahulu, hanya bibit-bibit yang tegak dan baik saja yang ditanam.
Setiap lubang ditanam satu tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 70 cm. Banyaknya
tanaman dalam satu plot/ bedeng adalah 16 tanaman dengan 3 tanaman untuk
sampel.
7. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari
yaitu pada pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan keadaan cuaca di
lapangan. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan gembor dan apabila tanaman telah berumur 20 HST dilakukan
penyiraman dengan menggunakan selang air.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan bertujuan untuk
menggantikan tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Bibit sulaman
yang digunakan adalah dengan bibit sulaman yang pertumbuhannya baik. Penyulaman
dilakukan pada umur tanaman 7 hari setelah tanam.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk
membersihkan gulma-gulma yang ada disekitar tanaman cabai karena dapat
menggangu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut gulma
dengan menggunakan tangan.
d. Pemasangan
Ajir
Pemasangan ajir tegak untuk satu
tanaman satu ajir, dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam. Ukuran ajir
panjang 1 m dan lebar 3 cm. Ajir berfungsi sebagai tegakkan tanaman dan
menompang buah.
e. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan sebanyak 3
kali, pertama pada umur 15,30 dan 45
HST. Bagian yang dipangkas pucuk tanaman
cabai dari cabang primer, dan sekunder dengan faktor pemangkasan 10%, 20% dan
30%. Pemangkasan 10% pada pemangkasan pertama pada 15 HST hanya dipangkas pada
bagian daun yang paling bawah dan
pemangkasan 20% dipangkas pada bagian kedua dari daun yang terbawah sedangkan
pemangkasan 30% pada 15 HST dilakukan pemangkasan dengan meninggalkan dua daun
tanaman cabai. Pemangkasan 10% pada pemangkasan kedua pada hari 30 HST teknik pemangkasan yang dilakukan tidak
berbeda dengan pemangkasan pada 15 HST, hanya saja pada pemangkasan 10 % ini dipangkas tangkai pertama dari bawah
pangkal tanaman cabai dan pemangkasan 20 % dipangkas dua tangkai di bawah
pangkal batang cabai sedangkan pemangkasan 30 % hanya menyisakan satu cabang
tangkai sehingga berbentuk huruf ‘Y’. Pemangkasan ketiga pada umur 45 HST dilakukan
dengan mebuang tunas air dan cabang-cabang non-produktif dengan teknik
pemangkasan yang diterapkan pada hari pemangkasan 30 HST tetapi pada 45 HST
daun yang berdekatan dengan buah cabai dibuang.
f. Pengendalian
Hama dan Penyakit
Menggunakan insektisida Decis 2,3 EC, Dithane M-45, masing-masing
dengan dosis 2 cc/1 air. Penyemprotan mulai
dilakukan 20 HST dengan
interval penyomprotan 20 hari sekali.
8. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat
tanaman berumur 90-100 HST. Buah cabai dipanen pada saat buah memiliki bobot
maksimal, bentuknya padat, dan berwarna merah. Buah cabai dipetik beserta
tangkai buahnya. Pemanenan dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval waktu tiga
hari sekali dan dilakukan pada pagi hari.
3.5. Pengamatan
Adapun peubah-peubah yang diamati
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tinggi
tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan
pada umur 15, 30, dan 45 HST. Pengukuran dilakukan dengan mengukur dari pangkal
batang yang telah diberi tanda sampai ke ujung pucuk tertinggi.
2. Diameter
pangkal batang (cm)
Diameter pangkal batang diukur
dengan menggunakan jangka sorong pada ketinggian 5 cm diatas permukaan tanah
yang telah diberi tanda. Pengamatan dilakukan pada umur 15,30 dan 45 HST.
3. Jumlah buah
per tanaman (buah)
Jumlah buah per tanamam diperoleh
dengan menghitung jumlah buah pada saat panen I (91 HST), panen II (98 HST),
dan panen III (105 HST), dan jumlah buah total pertanaman (3 kali panen) yaitu
dengan menjumlahkan seluruh hasil panen.
4. Berat buah
per tanaman (g)
Berat buah per tanaman diperoleh
dengan menimbang berat buah pada saat panen I, II, dan III, dan berat buah
total per tanaman (3 kali panen) dengan menambahkan seluruh hasil panen.
5. Panjang buah
per tanaman (cm)
Panjang buah diukur pada setiap kali
panen (3 kali panen), di ambil 5 sampel buah cabai untuk mewakili pada setiap
tanaman sampel cabai, kemudian dirata-ratakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Penggunaan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur
(15 HST, 30 HST, 45 HST), diameter batang umur (15 HST, 30 HST, 45 HST),
panjang buah selama 3 kali panen, berat buah selama 3 kali panen dan
2.
jumlah buah
selama 3 kali panen. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai terbaik dijumpai pada
varietas TM 999.
3. Pemangkasan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman umur (30 HST dan 45 HST), diameter batang umur 45 HST, berat buah
selama 3 kali panen, dan jumlah buah selama 3 kali panen. Kemudian pemangkasan berpengaruh nyata
terhadap diameter batang umur 30 HST dan panjang buah selama 3 kali panen.
Selanjutnya pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15
HST dan diameter batang umur 15 HST. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
terbaik dijumpai pada perlakuan permangkasan 20%.
4. Terdapat
interaksi yang sangat nyata antara
perlakuan varietas dan pemangkasan terhadap tinggi tanaman cabai umur 45 HST
dan berat buah cabai selama 3 kali panen. Kemudian interaksi perlakuan varietas
dan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap diameter
batang tanaman cabai umur 45 HST. Selanjutnya interaksi perlakuan varietas dan
pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan yang lainnya.
Interaksi yang terbaik dijumpai pada perlakuan varietas TM 999 dan pemangkasan
20%.
5.2 Saran
Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana sistem pemangkasan dan varietas
tanaman cabai dalam melakukan budidaya tanaman cabai.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko,
A. 2004. Budidaya Cabai Merah secara
Vertikultur Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
87 hlm.
Fauzi.
2009. Pengaruh Penggunaan Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Beberapa Varietas Cabai Merah. Skripsi pada Fakultas Pertanian Unsyiah (Tidak
dipublikasikan).
Nawangsih
A. A., H. P. Imdad, A. Wahyudi. 2005 Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya.
Jakarta. 128 hlm.
Pitejo, S. 2003. Benih Cabai. Kanisius.
Yogyakarta. 79 hlm.
Prajnanta,
F. 2008. Agribisnis Cabai Hibrida.
Penebar Swadaya. Jakarta.
162 hlm.
Rukmana,
R.1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. 92 hlm.
Setiadi.
2008. Bertanam Cabai (edisi refisi).
PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
184 hlm.
Susanto,
R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
219 hlm.
Tony,
H. 2003. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar